Memuja Sang Hyang Rare Angon, "Mengandangkan" Sifat Kebinatangan

Ida Rsi Bhagawan Smerthi Kusuma Wijaya Sebali
DENPASAR - Umat Hindu di Bali, Sabtu (5/12/2020) merayakan Hari Suci Tumpek Uye atau yang biasa disebut Tumpek Kandang. Hari Suci yang jatuh setiap Saniscara Wuku Uye menurut kalender pawukon dirayakan setiap 210 hari atau enam bulan sekali.
 
Pada hari suci ini, umat Hindu biasanya mengadakan yadnya kepada para binatang sebagai cermin cinta kasih menjaga keseimbangan semesta. Oleh karena itulah, hari suci ini di banyak tempat disebut sebagai "otonan" atau ulang tahun binatang.
 
"Pada Tumpek Kandang, umat hendaknya melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Rare Angon sebagai manifestasi dari Sang Hyang Siwa Pasupati. Beliau merupakan manifestasi Tuhan sebagai penguasa dan penjaga semua binatang, sehingga semua hewan peliharaan dan ternak selamat," ucap sulinggih, Ida Rsi Bhagawan Smerthi Kusuma Wijaya Sebali dari Griya Sebali Denpasar, Sabtu (5/12/2020).
 
Secara filosofis, Tumpek Kandang mengandung makna untuk "mengandangkan" pikiran yang liar seperti sifat binatang. Ibarat binatang, pikiran itu hendaknya dikendalikan, sehingga mampu membatasi atau mengekang keinginan. “Keinginan seperti binatang itu misalnya seperti hidup tanpa etika, tata krama, liar, malas,” katanya.
 
Ditinjau dari urip atau neptu melalui perhitungan Pancawara atau minggu berjumlah lima dan Saptawara atau minggu berjumlah tujuh, jumlah neptu akhir yang dimiliki Saniscara Kliwon Uye, berjumlah 7. "Angka 7 memiliki sifat-sifat rajas yang sejajar dengan dengan sifat sato atau binatang. Untuk itu, kita perlu menyucikan diri, nyomia atau menetralisir kekuatan binatang dalam diri kita, karena daging dari hewan yang kita makan akan bersemayam pada tubuh manusia dan akan membawa pengaruh pada tabiat, sifat, dan karakter manusia,” jelasnya.
 
Sementara itu, dalam sastra suci Sundarigama, Tumpek Kandang merupakan momentum untuk mengupacarai hewan ternak dan berbagai jenis binatang besar seperti sapi, kerbau, gajah, dan sebagainya. Upacara yang dilakukan merupakan bentuk dari cinta kasih dan wujud mengucapkan terimakasih pada binatang maupun hewan peliharaan yang telah banyak membantu kehidupan manusia.
 
“Binatang itu dianggap sangat berjasa karena sudah membantu manusia dalam bekerja, digunakan sebagai kurban dalam upacara, disembelih untuk konsumsi dan sebagainya,” tegas Ida Rsi Bhagawan Smerthi Kusuma Wijaya Sebali .
Bagikan

Related Stories