Kurikulum Merdeka Lahirkan Pembelajar Sepanjang Hayat, Bekal Hadapi Perubahan

Ilustrasi Kurikulum Merdeka (kurikulum.kemdikbud.go.id)

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah mentransformasi sistem pendidikan untuk melahirkan generasi unggul yang siap beradaptasi dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi. Kurikulum Merdeka merupakan sarana bagi pemerintah untuk mencapai target tersebut.   

“Kurikulum Merdeka akan menghasilkan pembelajar sepanjang hayat. Itu kata kunci yang menggambarkan tujuan kita ke depannya dan menghadapi perubahan yang sangat luar biasa,” kata Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, atau yang akrab disapa Nino. 

Nino melanjutkan perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sangat luar biasa. Agar bisa beradaptasi dengan perubahan, para generasi muda harus dibekali dengan kemauan dan kemampuan untuk terus belajar. Dalam konteks ini, pelajar tidak hanya mempelajari hal-hal baru. “Tetapi unlearning juga, jadi membongkar apa yang sudah ada dalam pemahaman kita. Kita harus mempertimbangkan ulang apa yang diyakini,” ujarnya.

Upaya Kurikulum Merdeka untuk melahirkan pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat terdapat dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 Kemampuan, Karakter dan Kompetensi utama. “Profil Pelajar Pancasila itu sebenarnya adalah skill set, karakter, serta kompetensi yang diperlukan untuk seseorang menjadi pelajar sepanjang hayat,” ujar Nino.

Dalam tahapan implementasi, P5 akan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek (project-based learning). Pendekatan ini berbeda dengan pembelajaran berbasis projek pada  program intrakurikuler di dalam kelas. Esensi pertama dari project-based learning adalah kemampuan untuk merumuskan masalah.

“Langkah pertama dalam semua project-based learning adalah mendefinisikan terlebih dahulu masalah apa yang mau kita pecahkan. Ini adalah kemampuan yang sangat penting,” tutur Nino.

Selain itu, project-based learning ini tentang sebuah proses yang menempatkan pelajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Situasi tersebut akan mengasah kemampuan pelajar Indonesia untuk bekerja sama dan berkolaborasi. “Jadi itu esensinya dari project-based learning, merumuskan masalah dan pertanyaan. Kemudian, mengalami prosesnya dan belajar untuk mengelola diri dari proses itu,” kata Nino.

Pada kesempatan terpisah Ketua Kelompok Kerja Implementasi Kurikulum Merdeka Persatuan Guru Nahdlatul Ulama, HM Faojin, mengatakan Kurikulum Merdeka relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini sehingga implementasinya harus lebih masif. Kurikulum Merdeka juga memberikan keleluasaan bagi para guru untuk memberikan pembelajaran kepada para murid yang disesuaikan dengan ciri khas peserta didik serta sumber daya lingkungan sekolah/madrasah.

"Sekaligus para guru tidak sebatas menyelesaikan kurikulum, namun berekspresi secara elegan dalam mengembangkan kompetensi siswa," tutup Faojin.

Sebagai informasi, Kurikulum Merdeka yang rencananya akan dijadikan sebagai kurikulum nasional pada tahun 2024. Saat ini tercatat, sudah lebih dari 250 ribu satuan pendidikan secara sukarela mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolahnya. Informasi lebih lanjut mengenai Kurikulum Merdeka dapat diakses pada laman kurikulum.kemdikbud.go.id.

Editor: Redaksi

Related Stories