Kuningan, Momentum Umat Bersyukur atas Kesejahteraan

DENPASAR – Setiap Saniscara Kliwon Kuningan, umat Hindu di Bali merayaka Hari Suci Kuningan. Perayaan yang jatuh setiap enam bulan sekali ini merupakan momentum untuk mengucapkan terimakasih atas limpahan kesejahteraan yang diberikan leluhur dan semesta.

Akademisi Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, I Kadek Satria, S.Ag., M.Ag., menjelaskan, simbol kesejahteraan dalam perayaan Kuningan tersimbolkan melalui sejumlah sarana perayaan Kuningan. Mulai dari nasi kuning, tamiang, ter, hingga endongan.

“Kuningan adalah hari bersyukur kepada leluhur atas anugerah kesejahteraan yang telah diberikan. iDsinilah kita mempersembahkan segala kebaikan dengan simbul warna kuning. Selain itu, kemakmuran akan dicapai dengan kekuatan yang disimbulkan dengan senjata yaitu tamiang, ter, dan bekal hidup berupa endongan,” katanya Jumat (25/09/2020).

Menurut Lontar Sundarigama, saat inilah Hyang Siwa Mahadewa bersama para dewa dan pitara turun ke dunia. Perayaan Kuningan disarankan dilakukan untuk tidak mengaturkan bebanten setelah lewat tengah hari. Konon, jika lewat para leluhur dan dewata telah kembali ke surga.

“Oleh karena itulah, untuk menyambut kehadiran-Nya, manusia mempersembakan pesucian, canang wangi, disertai selanggi, tebog, haturan sesaji, dan segehan, sebagai simbol tapa dan ketulusan memuja Hyang Maha Suci untuk memohon kemakmuran, serta keselamatan,” jelasnya.

Lebih jauh, perayaan Kuningan di tengah pandemi Covid-19 turut dinilai sebagai ajang introspeksi diri. Perayaan hari raya yang dilakukan dengan berbagai batasan terkait protokol kesehatan mengisyaratkan umat manusia untuk dapat mengetahui entitas diri. Bukan lagi beragama jor-joran.

“Mungkin Kuningan berasal dari kata uning, artinya tahu.  Di saat pandemi kita diharapkan menjadi tahu, menjadi paham dan mau untuk kembali pada kesadaran diri, kesadaran keselamatan Covid-19, dan kesadaran lainnya. Saat pandemi, mari kita beryadnya dengan kembali pada esensi yadnya. Artinya beryadnya sesuai upakara inti. Bukan yadnya rajasika yang cenderung jor-joran,” tegasnya.

Bagikan
Bambang Susilo

Bambang Susilo

Lihat semua artikel

Related Stories