Feature
Kini Terlibat perang, Begini Nasib Kontras Ekonomi India dan Pakistan di 2025
JAKARTA - Perbandingan kondisi ekonomi antara India dan Pakistan kini terlihat sangat timpang. Di tengah konflik yang terus terjadi, kedua negara mengambil arah yang sangat berbeda dalam aspek pertumbuhan ekonomi, stabilitas fiskal, serta keterlibatan dalam kerja sama internasional.
Memanasnya kembali ketegangan militer pada April 2025, yang dipicu oleh serangan teroris di Pahalgam, Jammu dan Kashmir dan menyebabkan 26 korban jiwa, mendapat reaksi tegas dari pihak India.
Salah satu langkah yang diambil adalah penangguhan Perjanjian Perairan Indus 1960, yang selama ini mengatur distribusi air ke Pakistan. Keputusan tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu sektor pertanian Pakistan dan memperburuk kondisi ketahanan pangannya.
- 5 Negara dengan Tenaga Kerja Outsourcing Terbaik di Dunia
- BRI Dukung Pendidikan Berkualitas di Daerah 3T Lewat Teknologi
- Bertemu Gubernur Koster, Konjen Timor Leste: Warga Kami Aman Jalani Aktivitas di Bali
Ketangguhan India di Tengah Gejolak
Alih-alih terguncang, ekonomi India justru menunjukkan ketangguhan. Investasi publik yang agresif dan konsumsi swasta yang solid menjadikan ekonomi Negeri Anak Benua ini tetap stabil secara makro, bahkan di tengah situasi geopolitik yang memanas.
Meski pengeluaran pertahanan meningkat, dampaknya terhadap struktur fiskal masih dianggap minimal oleh para pengamat.
India kini duduk di peringkat ke-9 dunia dalam hal Produk Domestik Bruto (PDB) nominal dan ke-3 berdasarkan Paritas Daya Beli (PPP). Sebagai anggota G20 dan BRICS, India telah menunjukkan kapabilitasnya sebagai kekuatan ekonomi global.
Pondasi ketangguhan ini sudah terbentuk sejak lama. Dari masa kuno ketika saudagar seperti Visakha dan Anathapindika mendominasi perdagangan, hingga era reformasi ekonomi pasca1989 yang membuka kran liberalisasi dan inovasi. Kota-kota seperti Bengaluru kini bahkan menjadi pusat teknologi dunia, bersaing dengan Silicon Valley.
Pakistan: Tertinggal dalam Jurang Ketergantungan
Sebaliknya, Pakistan masih bergelut dengan tekanan ekonomi dari dalam dan luar negeri. Ketergantungan pada sektor pertambangan, terutama gas alam dan batu bara berkualitas rendah, belum mampu mendorong pertumbuhan yang inklusif.
Perekonomian Pakistan tercatat sempat menempati peringkat ke-26 dunia pada 2019 dengan pertumbuhan 3,29%. Namun, krisis fiskal dan tekanan eksternal membuat ekonomi negara ini terkontraksi -0,2% pada 2023, sebelum tumbuh kembali 2,5% di 2024.
Meski secara historis pernah tumbuh hingga 10,22% pada tahun 1954, kini laju pertumbuhannya terlihat stagnan dan rapuh. Struktur ekonominya masih didominasi sektor jasa (53%), dengan administrasi publik dan pertahanan sebagai penyumbang terbesar.
Di sektor industri, manufaktur menyumbang 19%, sementara sektor primer seperti pertanian dan peternakan menyumbang 22% dari PDB. Namun, ketergantungan pada ekspor tekstil dan impor minyak membuat ekonomi Pakistan sangat rentan terhadap guncangan global.
- Reli Belum Usai, Saham ANTM Terus Tancap Gas dan Masih Punya Ruang Menguat
- Deposito Krom Bank Meroket 41,6 Persen, Bank Digital Semakin Digandrungi
- Dukung MBG, Berapa Sebenarnya Kekayaan Bill Gates?
Hubungan Ekonomi yang Terbatas
Meski bertetangga dan memiliki sejarah panjang bersama, hubungan ekonomi India dan Pakistan sangat terbatas. Data 2024 menunjukkan ekspor India ke Pakistan hanya di bawah 0,5% dari total ekspor nasional.
Para pengamat menilai konflik-konflik seperti ini akan terus terjadi secara periodik, namun kecil kemungkinan berkembang menjadi perang terbuka.
Sejauh ini, India telah membangun koneksi perdagangan besar-besaran dengan ASEAN terutama Indonesia, sejak masa awal kemerdekaan. Nilai perdagangan India-ASEAN bahkan mencapai US$3,8 triliun, menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai mitra utama India.
Sementara Pakistan, dengan tantangan demografi, inflasi yang membandel, dan stagnasi reformasi, masih mencari pijakan untuk bisa lepas dari bayang-bayang krisis.
Dengan ketegangan yang belum mereda dan akses pembiayaan yang terbatas, masa depan ekonomi Pakistan tampaknya masih penuh ketidakpastian.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 08 May 2025