Ekonomi & Pariwisata
Kelola Wisnus untuk Keberlanjutan Pariwisata Bali
DENPASAR – Angka kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Provinsi Bali tercatat turun pada bulan Agustus 2020. Jumlah kunjungan di bulan ini tercatat berjumlah hanya 22 orang, jauh dari hari-hari normal.
Menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS Provinsi Bali belum lama ini, persentase kunjungan wisman ke Bali pada Agustus 2020 menurun 53,19 persen dibanding angka kunjungan pada bulan Juli 2020 yang berjumlah 47 kunjungan. Jika dibandingkan dengan kondisi normal setahun sebelumnya, yakni pada bulan Agustus 2019, jumlah kunjungan terpantau turun hampir 100 persen, tepatnya 99,996 persen. Kala itu jumlah kunjungan wisman tercatat sebanyak 606.412 kunjungan.
Terkait dengan hal tersebut, Guru Besar Pariwisata Budaya UHN IGB Sugriwa, Prof. Dr. Ketut Sumadi, M.Par., di Denpasar, Selasa (6/10/2020) menilai penurunan angka kunjungan tersebut masih masuk akal jika melihat penyebaran pandemi Covid-19 yang masih menjadi persoalan seluruh dunia. Pandemi membuat orang-orang di dunia tidak bisa bepergian jauh, terlebih untuk berwisata. Melihat kondisi sedemikian rupa, harapan pariwisata Bali saat ini hanya dapat tertumpu pada wisatawan Nusantara (wisnus).
“Di tengah pandemi corona global saat ini, harapan kita sekarang memang bertumpu pada wisatawan Nusantara (wisnus) karena wisman masih sulit keluar dari negaranya untuk berwisata,” katanya.
Ia menjelakan, kehadiran wisnus memang tidak memberi harapan yang tinggi dari sisi benefit. Namun, kehadirannya setidaknya bisa menyumbang energi berkelanjutan bagi pariwisata. "Wisnus itu cenik lantang, mertane nasambeh (kecil, tapi panjang membawa keuntungan banyak, red). Wisnus memang tidak bisa mengharapkan benefit terlalu tinggi seperti wisman, tapi ia meski kecil akan memberikan energi hidup pariwisata yang besar, sehingga pariwisata terus berkelanjutan," ucapnya.
Keberadaan wisnus saat inin sekaligus menjadi momentum yang baik untuk membangun dan menyiapkan fokus tata kelola pelayanan wisata yang berkulitas dan berbudaya sesuai konsep Tri Hita Karana. Minimnya kunjungan wisman pada akhinrya akan memicu lahirnya pariwisata berkualitas. Menurutnya, ketika wisnus yang memiliki potensi yang besar bisa dikelola dengan baik, akan terbangun perspektif bahwa berwisata bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi sekaligus penguatan NKRI, mengenal, memahami lebih dalam, pelestarian budaya dan peradaban bangsa.
"Wisnus juga sangat penting bagi desa wisata yang dikelola oleh desa adat, sebagai pembelajaran bagi masyarakat desa dalam memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pariwisata berbasis masyarakat dan pariwisata berkelanjutan dengan penguatan desa adat di Bali,"
Ditambahkannya, konsep yang diusung desa wisata sejatinya adalah hadirnya pariwisata berkualitas, berkualitas bukan sekadar berbasis jumlah. Desa wisata mengutamakan kualitas pelayanan, kenyamanan, dan kepuasan wisatawan.
"Maka yang diperlukan tetap ada kunjungan dengan jumlah terbatas dengan waktu tinggal di desa lebih lama, misalnya bisa lima hari atau satu minggu. Wisatawan akan mendapat pengetahuan, budaya baru, dan pengalaman baru yang berbeda dari daerah wisata lainnya," tutup Prof. Sumadi.
