Kaya Seni Budaya, Bali Potensi Kembangkan Sektor Pariwisata dan Industri Kreatif

Denpasar- Pulau Bali memiliki kekayaan seni dan budaya sehingga cukup potensial untuk pengembangan sektor pariwisata dan industri kreatif.

"Secara nasional jumlah subsektor industri kreatif tertinggi adalah kuliner atau 41,47%, fashion atau 17,68%  dan kerajinan atau 14,99%," ungkap ujar Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat menjadi narasumber dalam Webinar Institut Pariwisata Bali (IPB) Internasional dalam Webinar Series 4 “World Tourism Day 2020” yang bertajuk New Era Tourism Order, Sabtu (3/10/2020).

Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Bali, meskipun sedang dilanda pandemi Cobid-19 Pulau Bali masih dipercaya sebagai destinasi favorit wisatawan mancanegara.

Namun, di sisi lain Pandemi COVID-19 membawa dampak yang signifikan bagi semua aspek kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya.

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, per 25 Mei 2020, sebanyak 71.313 tenaga kerja sektor formal di-PHK dan 2.570 orang kehilangan pekerjaan.

Industri kreatif merupakan sektor ekonomi yang sedang berkembang di Indonesia yang dianggap sebagai industri paling menguntungkan secara nasional melalui peningkatan nilai tambah produk sebagai hasil kreativitas dan inovasi seseorang. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat, industri kreatif memberikan kontribusi sekitar Rp 989 triliun pada PDB nasional 2017 atau sekitar 7,28 persen.

Kontribusi sektor ini sebenarnya terus meningkat dimana pada tahun 2017 tumbuh 5,07 persen. Selain itu, industri kreatif menyediakan 17,7 juta lapangan kerja atau sekitar 14,61 persen dari angka penyerapan tenaga kerja nasional. Pekerja industri kreatif rata-rata menerima gaji 2,23 juta rupiah.

“Melihat potensi yang luar biasa ini, saya sangat berharap Bali bisa menjadi yang terdepan di Indonesia dalam mengembangkan industri kreatif,” ujarnya.

Bali memiliki peluang yang menjanjikan untuk mengembaongkan kuliner, fashion, seni rupa, dan seni pertunjukan. Misalnya, Ubud pernah mendapatkan penghargaan dari UNWTO sebagai Global Gastronomy Destination pada tahun 2019. Selain terkenal dengan mahakarya seninya seperti lukisan dan tari tradisional, Ubud ternyata juga memiliki potensi kuliner lokal.

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan konsumsi dan produksi produk kreatif dan berdampak negatif pada 98 persen pekerja industri kreatif. Ini memang sangat disayangkan. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen mendukung langkah-langkah yang diperlukan untuk pemulihan perekonomian Bali, termasuk sektor industri kreatif.

Secara umum, Pemerintah Provinsi Bali melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebenarnya telah menyiapkan berbagai program dan bantuan yang ditujukan bagi masyarakat yang paling terdampak saat pandemi. Program ini dibagi menjadi dua bagian; Perlindungan Sosial dan Perlindungan Bisnis.

Dalam Perlindungan Usaha, pemerintah memberikan Program Subsidi Bunga untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Jaminan Kredit UMKM, Jaminan Kredit Korporasi, dan Penempatan Tunai Negara pada Bank Umum Mitra sebagai kebijakan pemulihan ekonomi nasional.

Program dukungan ini didedikasikan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi kita saat krisis, khususnya di Bali. Namun, program tersebut tidak diarahkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi pasca pandemi. “Ini adalah masalah penting yang perlu kita pertimbangkan mulai sekarang.

“Berbicara tentang pemberdayaan industri kreatif, saya ingin menyoroti 4 aspek penting, yaitu Refulation Support, Human Resource Improvement, Capital Support, dan Market Accessibility Support,” paparnya. Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada industri kreatif khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terutama bagi UMKM melalui dukungan regulasi seperti UU Gubernur No. 79/2018 dan UU Gubernur No. 99/2018 yang ditujukan untuk mendukung penggunaan dan konsumsi produk lokal Bali.

Pada aspek dukungan permodalan selanjutnya, industri kreatif di Bali juga dapat dengan mudah mendapatkan pinjaman dan modal. Ini merupakan bagian dari dukungan pemerintah dan lembaga keuangan bagi industri kreatif untuk mengembangkan dan memperluas industri. Terakhir, dukungan aksesibilitas pasar juga menjadi aspek penting dalam mengembangkan industri kreatif.

Pemerintah menggagas berbagai program dan kampanye untuk membuka akses pasar seluas-luasnya. Pemerintah memberikan dukungan melalui berbagai jalur promosi, program pasar terjangkau, dan program pendukung lainnya seperti “Jalan-Jalan Bali” atau “explore Bali” sebagai kampanye mengajak masyarakat menjelajahi keindahan Bali sekaligus mendukung produk kreatif lokal di Bali.

Selain mengantisipasi dalam bidang ekonomi, Pemprov Bali juga telah melakukan berbagai upaya dalam meminimalisir perluasan dampak yang akan ditimbulkan oleh pandemi covid-ini yaitu diantaranya mengeluarkan berbagai perda, baik yang mengatur terkait usaha pertanian lokal, pendisiplinan masyarakat terhadap pelarangan kerumunan dan pendisiplinan penggunaan masker.

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menekan kasus covid-19 di Bali yang cenderung semakin meningkat. Selanjutnya Wagub Cok Ace juga menyampaikan bahwa memang Pemerintah tidak bisa memprediksi kapan Pariwisata Mancanegara akan kembali di buka, hal tersebut masih melihat perkembangan kasus yang terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Namun, ia memastikan bahwa ke depan pariwisata Bali akan berbasis pada pariwisata quality namun dengan tidak mengesampingkan quantity, diharapkan quality dan quantity bisa berjalan beriringan. Unttuk itu, ia sedang gencar meminta para industri pariwisata untk mempersiapkan protokol kesehatan secara matang pada setiap destinasi wisata yang ada di Bali.

Selain itu dukungan masyarakat juga tidak kalah pentingnya, dimana masyarakat harus bisa menunjukan kepada dunia luar bahwa penerapan protokol kesehatan di masyarakat sangat dilakukan secara disiplin.

Bagikan

Related Stories