Budaya
Karya Berusia 42 Tahun I Made Wianta Dipamerkan di Komaneka Gallery
GIANYAR – Lukisan berusia 42 tahun karya maestro seni rupa Bali, I Made Wianta (alm), dipamerkan di Komaneka Gallery Keramas, Gianyar. Pameran tersebut menyajikan 19 dari 43 buah lukisan sang maestro yang dikoleksi Komaneka Gallery dalam rentang kekaryaan tahun 1978 s.d. 2015.
Pameran yang dibuka untuk publik, namun dalam jumlah terbatas, itu dibuka bertepatan pada ulang tahun ke-71 perupa yang meninggal pada medio November 2020 lalu. Dalam pembukaan pameran, tampak hadir sejumlah seniman dan kritikus seni, seperti Pande Wayan Suteja Neka, Prof. I Made Bandem, Prof. I Wayan ‘Kun’Adnyana, hingga Jean Couteau.
“Komaneka Gallery biasanya mengkurasi karya-karya para seniman muda pilihan yang karyanya relevan, namun bagi saya, karya-karya Pak Wianta memiliki posisi tawar berbeda yang hadir relevan di setiap zaman. Karya-karya Pak Wianta membuat saya tak mampu menahan godaan untuk memasukkan ke galeri ini. Lukisannya masukkategori saya, karyanya masih relevan sampai saat ini meski masuk sebagai seniman senior,” kata Koman Wahyu Suteja, kurator sekaligus pemilik Komaneka Gallery, Minggu (20/12/2020).
Ia menjelaskan, dari 19 karya yang dipilih dalam pameran itu mewakili perjalanan proses kreatif Made Wianta. Ada beberapa lukisan yang menampilkan seri Periode Karangasem, sebagian menampilkan seri geometri atau kubistik, dan ada yang merupakan seri kaligrafi.
Pemilihan karya-karya itu pun diakui terkait dengan kecenderungan pihaknya yang memang lekat dengan dunia arsitektur. “Pemajangan karya-karya dalam pameran ini saya lakukan di luar kebiasaan pameran pada umumnya, menyesuaikan dengan kondisi, misalnya seri geometri saya taruh di depan, sehingga sangat representatif untuk berfoto. Kami juga sajikan seri lukisan Periode Karangasem yang dilukis tahun 1978. Ini seri yang diakui oleh dunia, yang begitu khas sebagai simbolisme bernuansa Bali,” jelas Koman.
Pendiri dan Pemilik Museum Neka, Pande Wayan Suteja Neka yang sangat mengenal proses kekaryaan Wianta berharap pameran itu dapat menjadi wahana pendidikan, inspirasi, informasi, dan pelestarian budaya terkait proses kreatif sang maestro. Dalam pandangannya, Wianta merupakan satu dari dua perupa yang ia kenal begitu kreatif.
"Saya pribadi menilai ada dua seniman Bali yang mengembara di Jogja yang begitu kreatif. Dua seniman itu adalah Gunarsa dan Wianta. Spirit gerak mereka, yang kini tertinggal melalui karya-karyanya dapat kita gunakan sebagai sumber informasi, inspirasi, pendidikan, dan pelestarian budaya bagi generasi muda kita,” harap Neka.
Istri sang maestro, Intan Kirana Wianta, mengaku begitu terhormat karya-karya suaminya dapat dipamerkan di Komaneka Gallery. “Kalau bicara proses kekaryaannya, periode Karangasem memang merupakan yang dikenal sebagai simbolisme Bali yang begitu khas. Pada pemaran ini juga ada karya-karya seri arsitektur dan seri kaligrafi yang juga berkarakter,” ucapnya.
Perupa I Made Wianta merupakan salah satu perupa Bali yang telah mengukir nama besar di jagat seni rupa dunia. Karya-karyanya telah banyak menembus galeri-galeri pameran dunia, serta dikoleksi oleh kolektor dunia. Ia tutup usia pada 13 November 2020 lalu pada usia 70 tahun.
