Jaga Konsumsi dan Daya Beli Masyarakat, Jokowi: Ya Bayarannya Ini Rp502 Triliun

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk membantu dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat yang jumlahnya cukup besar mencapai Rp502 Triliun. (Biro Pers Setpres )

Jakarta, Balinesia.id- Presiden Joko Widodo atau Jokowi  menegaskan demi menjaga daya beli dan konsumsi agar tetap terjaga pemerintah harus merogoh anggaran mencapai Rp502 Triliun

Kepala Negara menegaskan itu saat meresmikan pembukaan Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada Selasa, (11/10/2022).

Ditegaskannya, dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat, pemerintah juga memberikan bantuan sosial baik berupa kompensasi dan subsidi yang besar.

Pemerintah telah memberikan bantuan sosial baik berupa kompensasi dan subsidi ini besarnya luar biasa, Rp502,6 triliun.

"Tetapi ya inilah karena kita ingin konsumsi tetap, konsumsi masyarakat tetap terjaga, daya beli masyarakat tetap terjaga, ya bayarannya ini Rp502 Triliun," ucap Presiden Jokowi.

Mantan Wali Kota Solo itu mengungkapkan, inflasi harus dikendalikan dengan bekerja secara makro dan mikro, salah satunya dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk menggunakan 2 persen dana transfer umum dan belanja tidak terduga.

Langkah itu dilakukan misalnya ada kenaikan bawang merah misalnya di Provinsi Lampung.

Sumber bawang merah di mana, Brebes. Karena harga bawang merah naik di Lampung, pemda bisa beli langsung di Brebes atau menutup ongkos transportasi dari Brebes ke Lampung itu dibebankan di APBD.

"Setelah kita hitung biayanya juga biaya yang sangat murah," imbuhnya

Pada bagian lain, Jokowi meminta masyarakat tetap bersyukur dan optimis sebab jika dibandingkan negara lain seperti Argentina, inflasi dan moneter di Indonesia masih bisa dikendalikan

Lebih lanjut, Jokowi mengungkapkan, situasi global yang penuh dengan ketidakpastian mengharuskan suatu negara untuk dapat mengelola moneter dan fiskal dengan baik.

Pihaknya berharap  masyarakat untuk terus meningkatkan optimisme di tengah situasi yang sulit dan penuh dengan ketidakpastian tersebut.

Sampai saat ini inflasi dan moneter Indonesia masih pada posisi yang dapat dikendalikan.

Hal tersebut disebabkan karena hubungan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan berjalan dengan baik dan beriringan.

Ini juga tetap harus disyukuri karena kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, sekarang ini di Argentina sudah 83,5 persen dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin.

"Kita inflasi 5,9 (persen) dengan perubahan suku bunga kita di 75 basis poin. Artinya, moneter kita masih pada posisi yang bisa kita kendalikan," tutur Kepala Negara.

Inilah yang sering disampaikan Jokowi,  membayar harga dari sebuah perang, harganya sangat mahal sekali.

Kendati begitu, lanjut Jokowi, meski dengan ketidakpastian semua harus tetap optimistis.

"Tetapi hati-hati dan waspada karena apapun angka-angka yang kita miliki, Indonesia, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua kita termasuk yang terbaik di dunia 5,44 persen," demikian Jokowi. ***
 


Related Stories