Isu Pendapatan Rendah, Alasan Kaum Milenial Enggan Bertani

Angga Diandry yang kini sukses jadi petani. (Istimewa)

Jakarta, Balinesia.id- Masih minimnya minat anak muda menjadi petani dipengaruhi faktor yakni isu rendahnya pendapatan.

Hal itu terungkap saat Talk show  yang menghadirkan founder @ibukita.kebun, Angga Diandry.

Karenanya, kegiatan dalam memperingati Hari Menanam Pohon Sedunia ini dapat menjadi momentum pengingat bagi masyarakat untuk memulihkan dan melestarikan lingkungan yang 
semakin hari semakin rusak.

Diketahui, pada 2020 Indonesia telah kehilangan 270 ribu ha lahan hutan primer. Dalam catatan Global Forest Watch, tingkat kehilangan hutan primer di Indonesia terus 
menurun.

Tren penurunan ini menunjukkan bahwa Indonesia tengah menuju perbaikan. Meskipun memiliki alasan untuk merayakan penurunan hutan, Indonesia perlu memperkuat langkah-langkah perlindungan hutan. 

Pemulihan hutan ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi Juga masyarakat. Salah satu upaya untuk membantu merealisasikan Indonesia hijau adalah 
dengan memulai dari lingkungan sendiri.

Guna mendukung Indonesia hijau, Demfarm.id menggelar talk show bertema “Inspirasi Petani Milenial: Dari Rumah untuk Indonesia Lebih Hijau” pada Rabu, 30 November 2022.

Even secara daring di Instagram dengan menghadirkan 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari blogger, journalist, petani milenial daerah, dan masyarakat umum di wilayah Indonesia.

Tujuan kegiatan mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani milenial di rumah dan mampu menjaga lingkungan sekitar menjadi lebih sejuk dan subur.

Sehingga dengan munculnya minat tersebut, ke depan akan lahir petani-petani millennial 
yang sukses dan lingkungan semakin sehat dan hijau.

Pemerintah Indonesia juga tengah fokus menarik minat generasi muda untuk menjadi petani. 
Bahkan, salah satu industri pupuk di Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sudah memiliki petani milenial binaan.

Tak hanya itu, PKT juga mengembangkan program Community Forest di Provinsi Gorontalo. Program ini digagas untuk memberikan perlindungan 
keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memberi nilai 
tambah ekonomi pada lahan yang kurang produktif untuk ditanami berbagai jenis pohon dan 
komoditas.

Talk show ini menghadirkan founder @ibukita.kebun, Angga Diandry sebagai milenial 
yang sukses berkebun dengan memanfaatkan lahan yang ada.

Menurut Angga Diandry,menjadi petani memang belum menjadi cita-cita banyak anak muda.

Kurangnya minat generasi muda 
menurutnya disebabkan beberapa faktor, di antaranya akses permodalan masih sulit, 
ketersediaan pupuk, sarana produksi pertanian, hingga kepastian offtaker untuk harga panen.

"Namun, faktor utama masih minimnya minat anak muda menjadi petani, adalah isu rendahnya pendapatan," ungkapnya.


Dalam kesempatan live bersama Demfarm ini, Angga mencoba 
membagikan pengalamannya berkebun di rumah.

“Masih banyak yang enggan jadi petani, satu karena kalah pamernya. Proses perjalanan jadi 
petani jangan dimulai karena uangnya, tapi mencoba untuk senang dulu menjalaninya. Saat 
perjalanan nemu kendala atau kalau ada tahapan salah, ya kita ulangi lagi,” kata Angga.

Angga mengaku hobi bercocok tanamnya terinspirasi dari eyang dan ibunya. Menurut Angga, di 
waktu kecil ia suka menemani eyangnya memetik hasil kebun. 
 

“Kalau eyang saya dulu punya lahan luas, nanem mangga, duren, cabai, apapun ditanam. Dan 
saya dulu suka nemenin eyang petik cabe. Jadi dari kecil sudah punya pengalaman dengan 
kebun. Kalau ibu, suka nyuruh siram taneman tiap pagi sebelum ke sekolah, terus diajak 
ngobrol,” katanya.

Pria yang dijuluki “Dewa Sawi Pakcoy” saat ini memiliki kebun di roof top sebesar 80-90 meter 
per segi. Adapun tanaman yang ada di kebun ini terdiri dari, pakcoy, selada, dan kale.

Angga mengaku pernah berhasil memanen hingga 22 kilogram pakcoy dengan harga jual dimulai 
Rp40 ribu per setengah kilogram.

“Dulu sempet panen 22 kilo pakcoy dengan 180 lubang tanam, sekarang hanya 6-8 kilo, karena 
sekarang lebih fokus perbanyak kale. Pasarnya saya sekarang banyak permintaan kale,” 
katanya.

Dalam rangka Hari Menanam Pohon 2022 pada Senin lalu, Angga mencoba menyampaikan 
bahwa berbuat baik untuk lingkungan tidak selalu harus dimulai dengan kegiatan besar. 
Berkebun di rumah menjadi salah satu upaya membuat Indonesia lebih hijau.

“Kita tidak bisa menyalahkan siapa pun terkait masalah lingkungan. Jadi lebih baik mulai dari diri sendiri dulu. Saya sendiri, meskipun di lahan terbatas, sudah merasakan kalau bertani itu 
mudah, seru, dan banyak manfaatnya,” kata Angga.

“Yang terpenting, jalanin apa yang lo suka. Bikin dari hal kecil dulu, yang penting memulai. 
Seiring berjalan akan dateng bisikan dari tanaman,” tutupnya.***
 


Related Stories