Bali Community
Band Emoni Bali Angkat Gending Rare Kolaborasikan Instrumen Tradisional
Denpasar - Grup band Etnic Harmoni atau Emoni Bali tetap konsisten dalam mengangkat gending rare yang mengkolaborasikan dengan instrument tradisional Bali.
Band yang beranggotakan Gungde Raka Gunawarman (gitar, vokal), Gungde Prama Sastrawan (cajoon, vocal), Eka Wahyudi (gitar), IB. Yogi Pratama (bass), Gung Edy Prayoga (rindik), Dony Dwiyoga (rindik), Deny Yoga Pratama (suling), dan Gungwah Aritama (suling) sudah dikenal masyarakat dengan membawakan gending rare
Terkenal dengan lagu “Ketut Garing” Emony Bali yang lahir di Tahun 2013 hingga memasuki Tahun 2020 sudah memiliki album keempat. Gungde vokalis dari “Emoni Bali” pada Creative Talkshow Denpasar Festival (Denfest) ke-13 melalui chanel kreativi denpasar menyampaikan perjalan “Emoni Bali” yang tetap fokus pada gending rare.
“Sudah memasuki album keempat “Ongkek Ongkek Ongkir” di Tahun 2020 kita tetap pada fokus Gending Rare, yang mengkolaborasikan instrument Bali,” ujarnya Kamis (17/12/2020).
Lagu-lagu cover gending rare memiliki banyak makna disetiap liriknya.
"Pak Made Taro memberikan dukungan yang sangat kuat untuk tetap dan menjadi tanggungjawab Emoni Bali dalam mengcover gending rare,
Ada dua single dari Pak Mad Taro seperti “Memace” dan “Hitung Jeriji” kita turut nyanyikan," ucapnya.
Gending rare ternyata banyak makna dalam setiap lagunya, seperti Hitung Jeriji, ternyata ada banyak makna disetiap jari. Banyak fersi disetiap banjar dan desa ketika menyanyikan gending rare, ini menjadi hal yang sangat unik.
Secara analisa pribadi gending rare tidak ada judul, karena judul itu diberikan kepada pewaris itu sendiri. Seperti lagu “meong-meong” secara tidak langsung terus dinyanyikan dan membawakan judul sendiri pada pewarisnya.
Dari setiap lagu yang di cover Emoni Bali tetap mencari referensi buku, serta masukan dari para maestro yang ada. Seperti Guru Anom, dan juga Bapak Made Taro, hingga dukungan terus mengalir untuk tetap eksis pada gending rare yang juga datang dari mantan Wakil Gubernur Bali, Bapak Puspayoga.
“Banyak dukungan pada album keempat dari para teman-teman seniman, yang memiliki sebuah pandangan sama pada gending rare,” ujarnya.
Pada masa pandemi ini, tetap fokus dan berhasil menyelesaikan album keempat. gending rare ini dengan berbagai versi dan kita aransemen yang tidak terlepas dari sebuah konsep permainan tradisional anak dan juga sering digunakan orang tua di Bali dalam mengemong anaknya.
Hanya saja, gending rare ini harus diperkenalkan oleh orang dewasa. Sehingga konsepnya, membawa gending rare menjadi populer dan sudah menjadi tradisi masyarakat saat bernyanyi bersama anak-anaknya.
“Pada tahun 2021 kita tidak hanya mengcover dan menulis, serta kami berusaha setiap kata yang ada di lagu itu kita mulai cari, seperti pelafalan, hingga penulisan yang tentu kita carikan narasumber.
"Gending rare diciptakan dengan tradisi lisan dan kita digitalisasikan, dengan harapan anak cucu dapat mendengar lagu rare ini nantinya ,” imbuhnya.
