3 Rekomendasi Lokasi Ruang Terbuka Hijau di Jakarta, Cocok untuk Hangout Selain di Mall

3 Rekomendasi Lokasi Ruang Terbuka Hijau di Jakarta, Cocok untuk Hangout Selain di Mall (Wikipedia)

JAKARTA - Tren piknik hijau atau perjalanan ramah lingkungan semakin populer di kalangan masyarakat urban, terutama generasi muda. Di tengah rutinitas kota yang padat serta meningkatnya kepedulian terhadap isu lingkungan, konsep rekreasi berkelanjutan menjadi pilihan baru yang seru sekaligus bermakna.

Piknik hijau sendiri merupakan bentuk wisata sederhana yang mengedepankan prinsip keberlanjutan, mulai dari menentukan lokasi, memilih perlengkapan yang digunakan, hingga menjaga cara berinteraksi dengan alam sekitar.

Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, berbagai ruang terbuka hijau kini ramai dikunjungi anak muda sebagai tempat piknik santai maupun sekadar melepas penat dari aktivitas harian.

Tingkat kesadaran dan sikap masyarakat terhadap lingkungan turut membentuk perilaku ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan temuan studi berjudul “Perilaku Rumah Tangga Perkotaan di Indonesia: Faktor Pendorong Partisipasi dalam Gerakan Nol Sampah” yang dipublikasikan di arxiv.org, yang menunjukkan bahwa perilaku hijau masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh pengetahuan, norma sosial, serta kemampuan mengontrol pengelolaan sampah.

Studi ini merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa warga kota bersedia mengubah perilaku mereka dalam konteks gaya hidup hijau, termasuk pilihan destinasi dan aktivitas wisata.

Melansir dari Jakarta Property Institute, Jumat, 19 Desember 2025, ruang terbuka hijau (RTH) memiliki fungsi krusial sebagai penyedia oksigen kota. Selain itu, RTH juga memiliki fungsi tambahan yang penting bagi kesehatan masyarakat kota, yaitu sebagai sarana rekreasi, media belajar, dan peredam kebisingan kota.

Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau di Jakarta

1. Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK City Park)

Source: Traveloka

Hutan Kota GBK menjadi salah satu ruang hijau strategis di pusat Jakarta yang menerapkan fungsi ekologis dan sosial. Area ini dipenuhi pepohonan besar yang membantu menyerap polusi udara dari kawasan bisnis di sekitarnya.

Anak-anak muda kerap memanfaatkannya sebagai tempat piknik, membaca buku, atau makan bersama dengan konsep bring your own food tanpa kemasan sekali pakai. Lokasinya yang mudah diakses dengan transportasi umum, menjadi contoh ruang terbuka hijau yang mendukung gaya hidup rendah emisi di tengah kota.

2. Tebet Eco Park

Source: jakarta-tourism.go.id

Tebet Eco Park dirancang sebagai taman kota berbasis ekologi dengan konsep pengelolaan air, vegetasi, dan ruang publik yang terintegrasi. Taman ini memiliki area rumput terbuka, jalur pejalan kaki, serta zona edukasi lingkungan yang sering dimanfaatkan warga untuk piknik, maupun bersantai bersama keluarga.

Pengelola juga menerapkan aturan pembatasan sampah dan aktivitas, agar fungsi ekologis taman tetap terjaga. Keberadaan Tebet Eco Park mencerminkan upaya Jakarta menambah kualitas RTH, bukan sekadar luasan semata.

3. Urban Forest Cipete

Source: Traveloka

Urban Forest Cipete menawarkan pengalaman hutan kota skala kecil di tengah permukiman padat di Jakarta Selatan. Area ini menghadirkan suasana rindang dengan kanopi pepohonan alami yang membuat suhu sekitar lebih sejuk.

Masyarakat sekitar dan anak-anak muda memanfaatkan tempat tersebut untuk piknik sederhana, bekerja, hingga aktivitas komunitas berbasis lingkungan. Urban Forest Cipete menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau tidak harus memiliki lahan yang luas, tetapi dapat efektif mendukung kualitas hidup masyarakat.

Mengacu pada kajian Jakarta Smart City, luas ruang terbuka hijau di Jakarta saat ini masih berada di bawah target ideal 30% dari total wilayah kota. Oleh karena itu, optimalisasi taman kota dan hutan urban seperti Hutan Kota GBK, Tebet Eco Park, dan Urban Forest Cipete menjadi penting. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, ruang-ruang ini juga mendorong perubahan gaya hidup warga ke arah rekreasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Konsep piknik hijau menjadi salah satu aksi yang mendukung penggunaan transportasi rendah emisi. Bersepeda, berjalan kaki, atau memanfaatkan transportasi umum menjadi bagian dari pengalaman wisata berbasis ramah lingkungan dan menyehatkan jiwa raga. Selain lebih ramah lingkungan, cara ini membantu mengurangi kemacetan dan polusi udara, terutama di akhir pekan.

Piknik hijau menunjukkan bahwa rekreasi tidak selalu identik dengan perjalanan jauh dan konsumsi berlebih. Dengan perencanaan sederhana dan kesadaran kolektif, jalan-jalan akhir pekan dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Maharani Dwi Puspita Sari pada 21 Dec 2025 

Editor: Redaksi

Related Stories