Feature
Melihat Kiprah Wacana Mobil Nasional di Indonesia
JAKARTA - Wacana mengenai mobil nasional kembali menjadi sorotan usai Presiden Prabowo Subianto resmi mengumumkan rencana peluncuran mobil buatan Indonesia dalam tiga tahun mendatang.
Langkah ini menandai babak baru dalam perjalanan panjang Indonesia mewujudkan impian memiliki kendaraan bermotor yang sepenuhnya diproduksi di dalam negeri, ambisi yang telah berulang kali mencuat sejak masa Orde Baru.
Upaya awal untuk merealisasikan mobil nasional dimulai pada pertengahan 1990-an melalui proyek Mobil Nasional Timor yang diinisiasi oleh Presiden Soeharto. Proyek tersebut dijalankan oleh PT Timor Putra Nasional (TPN), perusahaan milik Tommy Soeharto, putra bungsu sang presiden.
Mobil Timor S515i diluncurkan pada tahun 1996 dengan basis Kia Sephia asal Korea Selatan. Pemerintah saat itu memberikan berbagai fasilitas khusus seperti pembebasan bea masuk, pajak penjualan barang mewah, serta dukungan kredit dari bank nasional.

Namun, proyek ini menuai kritik keras di tingkat internasional. Pada tahun 1998, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa proyek Timor melanggar prinsip perdagangan bebas karena dianggap memberikan subsidi dan perlakuan diskriminatif terhadap produsen asing.
Situasi semakin memburuk ketika krisis moneter melanda pada 1997–1998. Nilai tukar rupiah anjlok, ekonomi nasional runtuh, dan proyek Timor pun resmi dihentikan pada 1999. Meski gagal, proyek Timor tetap dikenang sebagai simbol ambisi besar industrialisasi otomotif nasional di bawah proteksi negara.
Baca juga : Kejagung Serahkan Uang Sitaan Rp13 T Kasus Korupsi CPO ke Negara
Esemka di Masa Jokowi
Dua dekade setelah Timor tumbang, semangat mobil nasional kembali muncul melalui Esemka, proyek yang awalnya digagas oleh siswa-siswa SMK di Solo pada akhir 2010-an kala Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo.
Nama Esemka (singkatan dari Sekolah Menengah Kejuruan) mencuri perhatian publik pada tahun 2012 ketika Joko Widodo, saat itu Wali Kota Solo, menggunakan Esemka sebagai mobil dinasnya. Proyek ini menjadi simbol nasionalisme industri rakyat dan semangat kemandirian teknologi anak bangsa.
Meski demikian, Esemka tidak luput dari kritik, banyak pihak menilai bahwa mobil ini hanya merupakan hasil perakitan dari komponen impor atau completely knocked down (CKD).
Ketika Jokowi menjabat sebagai Presiden, proyek Esemka tetap memperoleh dukungan moral dan politik, namun pemerintah tidak menjadikannya proyek resmi mobil nasional.
Pada tahun 2019, PT Solo Manufaktur Kreasi meluncurkan Esemka Bima, mobil niaga ringan yang diproduksi di Boyolali. Meski produksi berjalan, skala penjualannya masih sangat terbatas dan belum mampu menembus pasar otomotif nasional secara signifikan.
Hingga kini, Esemka tetap beroperasi namun lebih berperan sebagai produsen lokal kecil ketimbang simbol kemandirian industri otomotif nasional.
Baca juga : BBCA Hadapi Perlambatan Jangka Pendek, Bagaimana Prospek ke Depan?
Gagasan Prabowo
Presiden Prabowo Subianto kini membawa nafas baru dalam wacana mobil nasional. Berbeda dengan proyek-proyek sebelumnya yang berfokus pada kerja sama komersial, Prabowo mendorong pengembangan mobil nasional berbasis kemampuan industri pertahanan, dengan mencontoh keberhasilan PT Pindad dalam memproduksi kendaraan taktis Maung.
Dalam beberapa kesempatan, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia harus memiliki mobil buatan sendiri yang diproduksi oleh anak bangsa, dan menargetkan dalam tiga tahun ke depan, yakni hingga 2028, Indonesia sudah mampu meluncurkan mobil nasional massal.
Pemerintah telah menyiapkan lahan pabrik serta alokasi anggaran awal, sambil mendorong BUMN industri strategis untuk berkolaborasi. Rencana ini berpotensi mengandalkan ekosistem industri yang sudah berkembang, seperti pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, serta rencana pembangunan pabrik semikonduktor nasional yang akan menunjang industri otomotif masa depan.
"Belum merupakan prestasi, tapi sudah kita mulai rintis, kita bakal punya mobil buatan Indonesia dalam 3 tahun akan datang. Saya sudah alokasi dana, sudah kita siapkan lahan untuk pabrik-pabriknya. Sedang bekerja sekarang," jelas Prabowo kala Sidang Kabinet Paripurna, dikutip Selasa, 21 Oktober 2025.
Kebijakan penggunaan kendaraan dinas buatan lokal juga mulai diterapkan di lingkungan kementerian dan TNI. Prabowo sendiri telah menggunakan Pindad Maung MV3 “Garuda” Limousine sebagai kendaraan dinas, yang dirancang dan dirakit sepenuhnya di Indonesia.
Baca juga : BBCA Hadapi Perlambatan Jangka Pendek, Bagaimana Prospek ke Depan?
Meski semangat nasionalisme industri tinggi, proyek mobil nasional selalu dihadapkan pada dua tantangan besar. Pertama, dari sisi teknologi dan rantai pasok, karena industri otomotif modern melibatkan ribuan pemasok global dan proses riset serta pengembangan yang sangat mahal.
Tanpa kolaborasi internasional, sulit bagi Indonesia untuk memproduksi mobil yang benar-benar mandiri secara komponen dan teknologi. Kedua, dari sisi daya saing pasar, sebab produsen Jepang seperti Toyota, Honda, dan Suzuki masih mendominasi lebih dari 80 persen pasar mobil domestik.
Namun, terdapat peluang yang menjanjikan. Pergeseran industri otomotif dunia menuju mobil listrik (EV) membuka ruang baru bagi pemain baru untuk berinovasi.
Dukungan kuat pemerintah terhadap transisi energi dan substitusi impor juga menciptakan momentum yang menguntungkan. Selain itu, industri pertahanan seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dan Len Industri memiliki pengalaman manufaktur berteknologi tinggi yang bisa diadaptasi untuk sektor otomotif sipil.
Kesuksesan proyek ini akan sangat bergantung pada transparansi, kesinambungan kebijakan, dan kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta. Jika semua unsur itu dapat berjalan harmonis, maka impian memiliki mobil nasional yang benar-benar buatan Indonesia bukan lagi sekadar wacana politik, melainkan tonggak baru kemandirian industri nasional.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 21 Oct 2025
