Uraikan Perawatan Tubuh, Ini Resep Menjaga Kegadisan dalam “Indrani Sastra”

Rabu, 10 Februari 2021 05:25 WIB

Penulis:E. Ariana

Salah satu lontar Bali. Lontar merupakan media penyimpan pengetahuan oleh leluhur Bali di masa silam.
Salah satu lontar Bali. Lontar merupakan media penyimpan pengetahuan oleh leluhur Bali di masa silam.

Denpasar, Balinesia.id – Kesusastraan Bali banyak menyimpan pengetahuan, baik pengetahuan fisik maupun rohani. Salah Satu dari banyak susastra yang menyimpan pengetahuan-pengetahuan leluhur Bali adalah “Indrani Sastra”.

Staf Puisat Kajian Lontar Universitas Udayana yang juga peneliti lontar, Putu Widhi Kurniawan, mengatakan teks “Indrani Sastra” meruapakan salah satu teks yang keberadaannya mirip dengan teks “Rukmini Tattwa”. Teks lontar ini menjelaskan beragam pengetahuan tentang cara merawat tubuh.

“Indrani Sastra termasuk teks tutur, di mana uraian yang menjadi inti ajarannya adalah persoalan kegadisan atau. Sebagian besar resep-resep kecantikan yang diturunkan oleh Dewi Saci memuat tentang bagaimana membuat seorang wanita dewasa atau berumur menjadi kembali gadis,” katanya dalam sebuah makalah yang dibawakan dalam Widyatula Bulan Bahasa Bali  2021 “Widyosaddha: Pangawruh Usadha Bali pinaka Tamba Urip” yang digelar daring, Selasa (8/2/2021).

Untuk menjaga kegadisan seorang perempuan, teks ini menjelaskan setidaknya ada tiga resep yang bisa digunakan. Resep tersebut ada yang dapat diolah menjadi krim, bubuk, dan minyak.

“Teks ini menjelaskan, jika ada wanita, paruh baya, akan kembali menjadi gadis dapat menggunakan sarana, inggu, merica, kulit pohon kepundung putih, sidhawayah, panggal buaya. Semua sarana itu kemudian dicampur dengan minyak, kelopak jantung pisang yang sudah digoreng atau sangrai, kemudian dioleskan pada tengah kelamin wanita,” jelasnya.

Resep kedua yang bisa digunakan untuk membuat seseorang tetap seperti gadis adalah  pisang keladi, kulit jeruk purut, kulit pohon kamaloko, campur dihancurkan dengan daging, rumput teki, akar lada, inggu, kulit kayu manis, air tebu hitam, minyak wijen, sari teratai biru, garam kulit kayu pohon kepundung putih, bunga sidhawayah, akar silaguri, bunga delima.

Resep itu kemudian dihaluskan sehingga menjadi bubuk. Setelah menjadi bubuk, hendaknya digunakan secara disiplin selama tujuh hari tujuh malam. “Selain itu ada beberapa minyak yang digunakan untuk merawat alat kelamin wanita seperti minyak wijen dan lemak bulus. Menggunakan minyak wijen dan lemak bulus akan mengencangkan otot-otot kelamin wanita,” jelasnya.

Terakhir, resep yang direkomendasikan untuk mempertahankan kegadisan adalah akar bunga teratai merah, air susu kambing. Bahan-bahan itu kemudian dicampur dan dihaluskan menjadi satu, kemudian dioleskan pada bagian kelamin perempuan. “Untuk mendapat hasil dari ramuan ini, perlu waktu lima hari, dari proses hingga mendapatkan hasilnya,” kata Widhi.

Ia menambahkan, isi dari teks tersebut sejatinya snagat berpeluang untuk dikembangkan ke ranah industri obat-obatan. Hanya saja, saat ini persoalan penyediaan tanaman menjadi persoalan yang harus dipecahkan, “Tantangan kita adalah ketersedian tanaman-tanaman obat yang ada di sekitar lingkungan kita,” katanya. (jro)