Jumat, 23 Oktober 2020 14:04 WIB
Penulis:Bambang Susilo
DENPASAR - Penyair Bali, Wayan Jengki Sunarta menerbitkan buku kumpulan puisi kedelapannya. Buku kumpulan puisi berjudul "Solilokui" diterbitkan Pustaka Ekspresi.
“Solilokui merangkum 55 puisi yang saya pilih dari masa penciptaan tahun 2016 hingga 2020 dan belum pernah dibukukan secara utuh. Tematik puisi-puisi ini berkisar pada persoalan kehidupan, kemanusiaan, persoalan sosial dan ekologi, kegamangan, kefanaan, renungan keseharian, dan berbagai hal yang mengusik jiwa saya,” katanya Jumat (23/10/2020)
Istilah solilokui, lanjutnya, biasanya dikenal dalam seni drama. Solilokui biasanya disampaikan oleh seorang tokoh yang berbicara dengan dirinya sendiri untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin, atau untuk menyajikan suatu informasi.
Dalam rangka memeringati Bulan Bahasa 2020, "Solilokui" akan dibedah dan dirayakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2020, pukul 18.00 Wita di Jatijagat Kampung Puisi (JKP), Jl. Cok Tresna No. 109, Renon, Denpasar. Selain bedah buku, acara akan dimeriahkan dengan pembacaan puisi dan diskusi ringan seputar Solilokui. Namun, karena masih dalam suasana pandemi, perayaan kata itu pun harus dibatasi protokol kesehatan.
“Karena masih dalam suasana pandemi, acara ini bersifat terbatas. Peserta maksimal 45 orang. Undangan yang hadir wajib mematuhi protokol kesehatan dan menggunakan masker,” kata Jengki seraya mengatakan penyair, Umbu Landu Paranggi, berencana akan hadir dalam bedah buku tersebut.
Berkaitan dengan proses kreatifnya, Jengki mengatakan menciptakan puisi adalah proses yang tidak pernah selesai. Sama halnya dengan proses belajar memaknai kehidupan dengan beragam warnanya.
“Puisi selalu memberi banyak kemungkinan dan kejutan tak ternilai, yang membuat saya lebih memahami keberadaan sebagai manusia. Puisi adalah anugerah semesta yang memberkati pengembaraan batin saya menjelajahi rimba kehidupan,” katanya.
Penerbitan "Solilokui" juga dimaksudkan sebagai kado ulang tahun untuk dirinya saat memasuki usia ke-45. “Sesederhana apa pun puisi yang saya ciptakan, mereka adalah anak-anak rohani yang mesti saya kasihi. Sebab mereka adalah bagian dari perjalanan hidup dan proses kreatif saya,” terangnya