UGM Sosialisasi Menyeluruh Agar Warga NTB Lebih Sadar Stunting  

Senin, 03 Februari 2020 19:33 WIB

Penulis:Anov

DENPASAR: Salah satu daerah terdampak bencana gempa bumi pada tahun 2018 silam, Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Nusa Tenggara Barat (NTB) diperkirakan memiliki potensi prevalensi stunting tinggi.

Hal ini dikarenakan dampak dari bencana alam yang merusak posko pelayanan terpadu (Posyandu) yang sebelumnya berperan sangat esensial dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan anak, serta Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah yang masih berstatus darurat sehingga perawatan kondisi kesehatan bayi dan anak menjadi terlantar.

Stunting adalah kondisi dimana pertumbuhan tinggi anak menjadi terhambat dibandingkan dengan anak-anak seusianya karena kekurang asupan makananbergisi pada anak.

Menurut data RISKESDAS 2018, proporsi balita dengan stunting di NTB hampir mencapai 30%. Kecamatan Tanjung sendiri menyumbang hampir sebagian besar proporsi stunting di NTB ini berdasarkan data yang dapatkan dari Puskesmas Tanjung pada 2019.

Kondisi ini menyebabkan stunting menjadi buah bibir di antara masyarakat Desa Tanjung. Hanya saja, ironisnya masih banyak warga yang belum mengerti fenomena stunting dan bagaimana cara mencegah dan menanganinya terutama dari kalangan ibu dan calon ibu yang notabenenya memegang peranan yang penting terhadap kesehatan anak mereka.

Mengacu kepada kondisi ini, Dosen Pembimbing Lapangan, ibu Dwi Umi Siswanti, S.Si, MSc, tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada berupaya untuk meningkatkan kesadaran ibu dari balita serta para calon ibu muda melalui serangkaian program penyuluhan, mulai dari penyuluhan stunting itu sendiri sampai kesehatan wanita yang akan berdampak pada pertumbuhan janin dan anak nanti.

Untuk memastikan edukasi ini bersifat sustainable, kader Posyandu serta kelompok kaukus perempuan juga dilibatkan sehingga mereka dapat berperan sebagai perpanjangan tangan dalam pencegahan stunting di masyarakat Desa Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.

“Dengan melakukan penyuluhan mengenai stunting harapan kami adalah untuk meningkatkan kesadaran dari para ibu-ibu atau pengasuh dari anak-anak agar mulai memperhatikan pertumbuhan anak-anak, terutama dari segi gizi makanan,” kata Kelvin Supriami, dokter muda Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

Dia memperkirakan, terdapatnya korelasi antara kesehatan wanita dan ibu pada kejadian stunting, belum banyak diketahui secara luas oleh masyarakat awam. Akan tetapi, topik ini dapat diangkat karena sifat penyebab stunting yang multifaktorial dan dapat ditentukan sejak sangat dini, bahkan sebelum janin tersebut dikandung oleh sang calon ibu.

“Faktor kesehatan ibu pra-kehamilan dan saat kehamilan sangat penting bagi pertumbuhan janin terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Jika pertumbuhan janin sendiri terhambat dan lahir dengan berat yang rendah, maka bayi yang lahir memiliki resiko tinggi untuk menjadi stunted,” tambah Paramita Ayu Saraswati dokter Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

Karena kondisi itulah, menurut Ayu, penyuluhan yang mereka berikan tidak hanya ditargetkan pada ibu-ibu yang sudah memiliki anak, namun juga bertujuan memberikan edukasi untuk wanita-wanita muda ataupun ibu-ibu yang ingin menambah anak mengenai bagaimana caranya untuk menjaga kesehatan reproduktif mereka yang menguntungkan untuk perkembangan janin”

Elemen lain yang ternyata turut berkontribusi pada kejadian stunting, menurut dia, juga dipengaruhi perilaku masyarakat umum yang kurang membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Padahal, menurut dia, dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun sudah dapat mengurangi penularan beragam penyakit.

Dia menerangkan, hal itu menjadi sangat penting untuk menjaga anak, jika anak sudah sering mengalami infeksi penyakit sejak usia dini, akan meningkatkan resiko pertumbuhan anak menjadi terhambat.

Lanjut Ayu, terjadinya bencana gempa di Kecamatan Tanjung sehingga meninggalkan masyarakat dengan fasilitas rumah yang kurang mendukung untuk menciptakan lingkungan rumah yang bersih, hal ini turut serta menjadi pemicu penularan penyakit karena higenitas daerah yang kurang.

Penyampaian penyuluhan itu diketahui telah dilakukan di Posyandu dan kepada kelompok Kaukusdan para pemegang jabatan dusun maupun desa.

Sepuluh indikator PHBS dijelaskan secara rinci, agar warga mengerti tahapan apa saja yang butuh diambil untuk menciptakan lingkungan rumah tangga yang layak huni yang pada akhirnya akan mewujudkan salah satu outcome utama, yaitu penurunan angka stunting di Desa Tanjung tersebut.