Bali
Selasa, 05 Juli 2022 18:09 WIB
Penulis:Rohmat
Editor:E. Ariana
Singaraja, Balinesia.id - Seorang pemuda asal Singaraja, Duta Dharma, tergerak untuk melestarikan pohon majegau (Dysoxylum densiflorum). Kini, ia secara aktif melakukan upaya konservasi dalam hal pembibitan tanaman yang masuk dalam famili Meliaceae ini.
Ketertarikan Duta Dharma pada majegau berawal ketika ia SMA. Kala itu ia membaca sebuah artikel tentang flora yang ada di Bali. Dalam proses pembacaan itu, ia kemudian penasaran dengan tanaman majegau yang disebut sebagai flora identitas Bali.
Ketertarikannya pada majegau kemudian berlanjut ketika ia kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Di sana, ia mengambil majegau sebagai objek penelitian skripsinya. "Penelitian tentang tanaman majegau ini sangat sedikit itu menjadi kesempatan saya untuk menjadi pemantik dalam penelitian tentang majegau," katanya Selasa, 5 Juli 2022.
Baca Juga:
Pemuda asal Sudaji, Buleleng ini menceritakan bahwa saat ini majegau menjadi tanaman yang relatif langka di Bali. Hal ini bertolak belakang dengan kedudukannya sebagai flora identitas Bali. "Majegau ini adalah flora identitas Provinsi Bali, namun sayangnya masyarakat Bali sendiri masih banyak yang belum tahu tentang tanaman ini. Padahal, majegau sendiri juga tercantum dalam Kidung Wargasari yang sangat sering dilantunkan dalam persembahyangan umat Hindu di Bali," kata dia.
Dari sisi kebermanfaatan, kayu majegau termasuk multifungsi. Kayunya yang berkualitas baik dimanfaatkan sebagai bahan bangunan tempat suci, bahan kerajinan ukiran, bahkan serpihannta juga digunakan sebagai kayu bakar upacara (pasepan) karena memiliki bau yang harum.
"Selain itu majegau konon memiliki potensi kegunaan lain dalam bidang kesehatan sehingga sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tanaman ini," katanya.
Dalam proses pembibitan, Duta Dharma mengaku melakukan berbagai macam upaya untuk mendapatkan bibit majegau. Awal proses pembibitan dilakukan dengan mencari lokasi pohon majegau tumbuh. "Di sana saya pin lokasinya di Google Maps, yang nantinya akan saya panen ketika sudah memasuki musim berbuah," katanya.
Buah-buah majegau yang didapat itulah yang kemudian disemai hingga jadi bibit. Selain itu, kadang kala ia juga mengambil anakan langsung dari pohonnya. Bibit-bibit tersebut jika telah siap tanam kemudian akan ditanam kembali olehnya.
"Majegau ini dapat tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi, rawa gambut, kawasan hutan hujan, dan hutan perbukitan dengan ketinggian sampai 2.000 mdpl, dengan tinggi bisa mencapai 30-50 meter," katanya sembari mengajak masyarakat melestarikan majegau. oka/jpd