LPG
Jumat, 01 Maret 2024 12:29 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA - Sebanyak 101 warga Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal mengalami keracunan masal pada Kamis, 22 Februari 2024 lalu yang membuat harus dilarikan ke rumah sakit.
Keracunan tersebut diduga berasal dari gas H2S dari perusahaan PT Sorik Marapie Geothermal Power (SMGP). Kini, kasus keracunan masih dilakukan penyelidikan pihak Polres Madina dan stakeholder terkait.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menerjunkan tim inspektur panas bumi untuk melakukan investigasi sehubungan dengan dugaan keracunan gas yang menimpa masyarakat di Desa Sibanggor Julu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Kejadian dugaan keracunan gas yang menimpa masyarakat di desa Sibanggor Julu Kabupaten Mandailing Natal diduga berkaitan dengan kegiatan aktivasi sumur SMP V-01 milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP). Sumur SMP V-01 merupakan sumur pertama di well pad V, wellpad yang baru di kembangkan oleh PT SMGP. Jarak antara wellpad V dengan pemukiman terdekat di Desa Sibanggor julu sekitar 700 meter.
Kementerian ESDM juga telah memerintahkan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) yang beroperasi di daerah tersebut untuk menghentikan sementara seluruh kegiatan di Wellpad V terhitung 23 Februari 2024.
Tak hanya di Mandailing Natal, peristiwa keracunan gas juga pernah terjadi di berbagai belahan dunia, di mana saja?
Awal Januari 2024 sebanyak 123 warga di Desa Kutamekar, Kecamatan Ciampel, mengalami keracunan gas dari pabrik PT Pindo Deli 2.
Diduga kebocoran gas terjadi pada 20 Februari 2024. Peristiwa itu terjadi akibat terbukanya valve pada "chlorine storage" di atas standar yang seharusnya.
Kasus kali ini terjadi di Aljazair, 17 orang tewas di Aljazair dalam beberapa kasus keracunan karbon monoksida. Terlebih dengan cuaca yang dingin dan suhu yang turun mendorong orang untuk menggunakan pemanas mentah yang mengeluarkan asap berbahaya.
Di Provinsi Timur Laut Setif, pasangan dan empat anak mereka juga ditemukan tewas setelah menghirup asap beracun dari pemanas mereka. Dua orang lainnya mati lemas di kota Mostaganem di barat laut. Semua kematian dikaitkan dengan keracunan karbon monoksida.
Layanan darurat Aljazair memperingatkan bahwa kurangnya ventilasi, perakitan yang buruk (pemanas), kurangnya pemeliharaan, atau penggunaan perangkat yang tidak dimaksudkan untuk pemanasan dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida dan kematian.
Insiden kebocoran gas di India juga terjadi, insiden kebocoran gas pada malam hari 2–3 Desember 1984 yang terjadi di pabrik pestisida Union Carbide India Limited (UCIL) di Bhopal, Madhya Pradesh, India. Tragedi ini dianggap sebagai bencana industri terburuk di dunia.
Jumlah korban jiwa yang diperkirakan bervariasi. Pejabat resmi mencatat korban jiwa mencapai 2.259. Pemerintah Madhya Pradesh mengkonfirmasi total 3.787 jiwa tewas akibat pelepasan gas ini.
Pernyataan tertulis pemerintah pada tahun 2006 menyatakan bahwa kebocoran tersebut menyebabkan 558.125 cedera, termasuk 38.478 cedera sementara sementara dan sekitar 3.900 cedera parah dan cacat permanen. Yang lain memperkirakan bahwa 8.000 meninggal dalam dua minggu, dan 8.000 lainnya atau lebih sejak itu meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan gas tersebut.
Penyebab bencana tersebut masih dalam perdebatan. Pemerintah India dan aktivis setempat berpendapat bahwa manajemen yang kendur dan pemeliharaan yang ditunda menciptakan situasi pada pemeliharaan pipa secara rutin menyebabkan aliran balik air ke dalam tangki MIC, yang memicu bencana. Union Carbide Corporation (UCC) berpendapat air masuk ke tangki melalui tindakan sabotase.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 26 Feb 2024