Selasa, 16 Februari 2021 01:27 WIB
Penulis:E. Ariana

Denpasar, Balinesia.id - Sanggar Seni Pancer Langiit Art Production merespons tema Bulan Bahasa Bali 2021 “Wana Kerthi: Sabdaning Taru Mahottama” dengan menyajikan Sesolahan Sastra bertajuk “Tutur Korawisrama”. Pagelaran itu dapat disaksikan melalui Channel YouTube Disbud Prov. Bali sejak Sabtu (13/2/2021).
Art Director Sanggar Pancer Langiit, Dr. Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, S.Sn., M.Sn., menuturkan, Sesolahan Sastra “Tutur Korawisrama” mengisahkan keinginan Dewa Siwa untuk menguji kesetiaan Dewi Uma. Dewa Siwa mengutus Dewi Uma, untuk turun ke dunia mencari susu lembu yang akan digunakan untuk mengobati sakitnya.
Pada perjalanan tugas itu, Dewi Uma pada akhirnya mendapatkan susu tersebut. Namun, susu itu didapat dengan cara yang tidak benar. Hal itu menyebabkan Dewa Siwa mengutuk Dewi Uma menjadi sangat menyeramkan dengan nama Durga Bhairawi.
Setelah sekian lama, Dewi Uma menjalani kutukan menjadi Durga Bhairawi, ia menyebabkan rasa rindu kepada Dewa Siwa. Keinginan itu membuat Siwa turun ke dunia dalam wujud Kala Bhairawa. Ketika Kala Bairawa dan Durga Bhairawi bersenggama, benih-benih yang menetes darinya akhirnya melahirkan pohon pule, kepah, kepuh, dan beringin.
Menariknya, pagelaran virtual berdurasi sekitar 33 menit itu mengisahkan tentang kelahiran sejumlah pohon yang dianggap “keramat” oleh masyarakat Bali. Pohon-pohon itu adalah kepuh, kepah, pule, dan beringin. Pohon-pohon ini oleh masyarakat Bali dipandang keramat, yang biasanya akan tumbuh di tempat-tempat yang disakralkan.
“Pesan garapan ini adalah untuk menjaga kelestarian alam, salah satunya adalah menjaga tumbuhan sebagai sumber oksigen, melalui garapan seni kita harapkan pecinta seni, masyarakat untuk bersama-sama memperhatikan lingkungan kita," kata.
Lantaran menyajikan garapan klasik dalam ruang teknologi digital, transformasi pun lahir. Unsur tari dan teater ditampilan. Kisah yang disajikan melalui ekspresi gerak yang masih bernuansa tradisional Bali, namun disusun dengan pembabakkannya detail, sehingga alurnya mengalir. Pesan yang ingin disampaikan begitu kuat, yakni tetap menjaga kelestarian alam salah satunya adalah menjaga tumbuhan sebagai sumber oksigen.
Selain itu, garapan musik dan teknik videografi yang dipercayakan kepada Eka Sem juga digarap secara profesiona. Sentuhan teknologi itu sangat mendukung penampilan para seniman yang handal, sehingga menghasilkan tontonan yang menarik secara visual.
“Gerak tari, ekspresi para pemain sangat hidup, dan pesan yang ingin disampaikan sampai kepada penikmat. Kami juga mendukungnya dengan tata kostum yang pas, sehingga karakter masing-masing pemain menjadi lebih kuat. Sementara, suasananya juga sangat mendukung karena menggunakan iringan musik midi yang digarap oleh komposer, I Wayan Ary Wijaya Palawara, S.Sn.,” katanya. (jro)