Senin, 13 Juli 2020 15:43 WIB
Penulis:Rohmat
Denpasar - Para orang tua dari zaman ke zaman selalu dituntut untuk terus mendidik anak mereka sesuai dengan perkembangan terkini. Teknologi penting bagi manusia namun membekali anak-anak dengan etika dan nilai-nilai agam juga harus ditanamnkan kepada mereka agar tidak salah jalan.
Bergitu juga di era informasi 4.0 yang serba mengandalkan teknologi ini, maka orang tua juga dituntut untuk selalu mempelajari teknologi agar mampu mengimbangi dan menuntun anak-anak mereka.
Ketua TP PKK Provinsi Bali Ni Putu Putri Suatini Koster menyampaikan itu dalam acara webminar yang diselenggarakan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI), Minggu (12/7/2020)
“Bayangkan saat kandungan orang tua sudah mengenalkan gajet dengan mendengarkan musik, baru lahir juga sudah kenal gajet dan beranjak besar dengan gajet,” jelasnya kepada para peserta seminar.
Menurutnya anak-anak pada masa ini sangat gampang mempelajari teknologi. Untuk mengimbangi hal itu serta mengontrol, tentu orang tua juga harus mempelajari teknologi dengan cermat.
Ia mengatakan selain begitu pentingnya teknologi, namun para orang tua juga tidak boleh melupakan disiplin dan etika sebagai pondasi yang kuat karakter anak.
Bagaimanapun pentingnya teknologi, jika si anak tidak bisa bijaksana menggunakannya, maka akan berbahaya.
"Etika itulah akar dari kehidupan anak-anak kita, dan sebagai orang tua kita harus merawat akar tersebut,” tuturnya.
Para orang tua menjadikan anak-anak sebagai teman, dan mengkomunikasikan segala hal dengan komunikasi dua arah secara logis.
“Ini bukan saatnya kita mengajarkan anak-anak dengan ancaman atau tahayul-tahayul, mereka sudah pintar, dan menurut perkembangan zaman segala hal harus ada penjelasan logisnya,” terangnya.
Akan tetapi, meskipun saat ini perkembangan teknologi begitu pesat, namun tidak boleh melupakan akar budaya sebagai orang Bali. Dia menjabarkan bahwa hal tersebut bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti istilah khas masyarakat Bali.
Dia mengajak para orang tua milenial untuk selalu mengajarkan kepercayaan diri dalam artian positif kepada anak-anaknya.
“Jangan sampai ada kata-kata yang menghilangkan kepercayaan diri anak-anak, seperti kamu bodoh atau kamu tidak bisa. Terus kembangkan bakat dan kepercayaan diri mereka,” ujarnya mengingatkan.
Dia meyakini, jika sudah ada kepercayaan diri dari keluarga, maka anak-anak akan mempunyai kepercayaan diri dalam pergaulan dan mengaplikasikan nilai-nilai agama lebih baik lagi.