Selasa, 13 April 2021 11:20 WIB
Penulis:E. Ariana

Denpasar, Balinesia.id - Panti asuhan dan warga terdampak Covid-19 menjadi sasaran Program Peradah Ngejot yang dilaksanakan Dewan Pimpinan Provinsi Perhimpunan Pemuda Hindu (DPP Peradah) Indonesia Bali. Program berbagi itu dilakukan sebagai "tradisi" menyambut Hari Suci Galungan dan Kuningan.
Ketua DPP Peradah Indonesia Bali, I Komang Agus Widiantara, mengatakan Peradah Ngejot adalah program rutin yang digelar pihaknya, di mana misi gerakannya adalah terfokus pada implementasi pawongan (kemanusiaan) di Bali. Dalam suasana pandemi Covid-19, pihaknya pun mendesain program itu dan memprioritaskan warga terdampak Covid-19.
"Ngejot kali ini betul-betul menyasar warga yang terdampak pandemi dan tidak tersentuh bantuan. Termasuk pantiasuhan yang donaturnya mulai menipis selama satu tahun belakangan ini," katanya sebagaimana dikonfirmasi Senin (12/4/2021).
Ia mengatakan, Program Ngejot Peradah Bali sudah berlangsung sejak Rabu (7/4/2021) lalu. Program Ngejot itu pun dilakukan serenrak oleh jaringannya di tingkat kabupaten/kota di Bali.
Di Denpasar misalnya, Ngejot Peradah Bali menyasar Panti Asuhan Sunia Giri yang berlokasi di Jalan Tunjung Sari Nomor 23, Padangsambian Kaja, Denpasar Barat. Panti asuhan yang berdiri sejak puluhan tahun silam didiami oleh anak kurang mampu dan putus sekolah tersebut mengalami kendala finansial untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi, hanya mengandalkan donatur yang pasang surut selama pandemi.
"Harus diakui pantiasuhan masih mengandalkan donatur dan para dermawan. Apalagi, selama pandemi, keuangan panti asuhan tidak menentu," tambahnya.
Di lokasi tersebut, pihaknya mejyerahkan bantuan berupa kebutuhan sembako sehari-hari.
Secara terpisah Ngejot Peradah Bali juga menyasar warga yang terdiri dari lansia dan pekerja perempuan di Desa Banyuning, Buleleng. Dengan menggandeng mahasiswa dari Jurusan Dharma Duta STAHN Mpu Kuturan Singaraja, program tersebut menyasar 25 KK. Distribusi sembako dilakukan dengan menerapkan standar protokol kesehatan dan tanpa kerumunan dalam pembagiannya, yakni dengan menyasar langsung ke rumah warga.
"Bantuan ini mungkin tidak seberapa, namun semangat ngejot itu yang ingin kita getok tularkan kepada masyarakat luas," tambahnya.
Spirit berbagi jelang perayaan suci Galungan dan Kuningan, kata pengajar di STAHN Mpu Kuturan ini, seyogyanya bisa membudaya di tengah hiruk pikuk ritus keagamaan yang kerapkali mengabaikan kemanusiaan. Pihaknya mengajak, semua pihak bisa melakukan hal serupa dengan langkah sederhana dan kongkret.
"Sesungguhnya perayaaan suci keagamaan tidak saja berorientasi ketuhanan. Namun, merayakan nilai-nilai kemanusiaan juga tak kalah penting sebagai bagian dari manusia menghargai sesama ciptaan-Nya," pungkasnya. jpd/and