balinesia.id

Pulau Bali, Pulau Sastra

Selasa, 13 Juli 2021 13:20 WIB

Penulis:E. Ariana

Editor:E. Ariana

Sumarta.jpg
I Ketut Sumarta.

Denpsar, Balinesia.id - Budayawan yang juga pencinta sastra Bali, I Ketut Sumarta mengatakan sastra sebagai napas hidup manusia Bali. Oleh karena itulah, Pulau Bali pantas disebut sebagai "Pulau Sastra".

"Bagi orang Bali, sastra itu dilakukan. Orang Bali sudah bersastra jauh sebelum mereka lahir, sejak ayah-ibunya bertemu, lahir seorang anak, hingga meninggal orang Bali telah bersastra. Pantaslah kita sebut Bali sebagai Pulau Sastra," katanya dalam sebuah dialog yang digelar serangkaian acara Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung yang diinisiasi Yayasan Puri Kauhan Ubud, Senin (12/7/2021).

Ia mengatakan, pengertian sastra oleh orang Bali jauh lebih luas dibandingkan pengertian modern yang hanya terbatas pada karya fiksi, baik berupa cerpen maupun prosa. Bagi manusia Bali, sastra adalah sebuah laku hidup. Sesuatu yang dilakukan.

Terhadap konsep itu, maka bahasa Bali juga merupakan bahasa sastra itu sendiri. Bahasa Bali secara alami telah mengandung keindahan dengan pilihan diksi yang sangat beragam. "Jadi, jangan takut mencipta sastra dengan bahasa Bali. Bahasa Bali adalah sudah bahasa sastra dengan kekayaan diksinya," ajaknya.

Terhadap gelaran Sastra Saraswati Sewana Pamarisudha Gering Agung, Sumarta yang juga Penyarikan Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali itu mengapresiasi penuh. Menurutnya, ajang kreasi sastra tersebut sangat monumental, sekaligus indah. Inilah ciri orang Bali, menghadapi kedisharmonisan secara indah, menuju keharmonisan baru. Dalam hal ini pandemi Covid-19 direspons dengan kreasi, berharap tercipta penyucian (pamarisudha), hingga keharmonisan.

"Ini akan jadi sejarah. Jika ajang kreasi puisi dan cerpen bahasa Bali sudah ada kita temui, tapi mungkin baru kali ini ada lomba kakawin, kidung, juga satwa yang sejatinya tutur. Jadi, mari direspons," katanya di hadapan Pembina Yayasan Puri Kauhan Ubud, A.A. Bagus Ari Brahmanta. jpd