Senin, 14 September 2020 04:29 WIB
Penulis:Bambang Susilo
DENPASAR – Pengamat politik, Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si., mengamati Pilkada Serentak 2020 sebagai gerbang menuju era baru perpolitikan Indonesia. Pandemi yang tak mengizinkan pengumpulan massa memaksa para kontestan menajamkan ide-ide yang akan disampaikan melalui kampanye-kampanye dialogis.
“Paslon atau pasangan calon nantinya butuh energi ekstra untuk memulai kultur demokrasi ini, untuk meyakinkan pemilih. Namun, ini kultur yang baik dalam jalan demokrasi kita. Akan tercipta kampanye dialogis melalui media-media massa," ucapnya di Denpasar, Minggu (13/9/2020).
Jika kampanye dialogis dapat berjalan dengan baik, ia meyakini akan tumbuh kultur demokrasi beradab yang mengedepankan gagasan untuk menarik simpati. Atas dasar itu, kontestan dituntut menguasai komunikasi politik yang baik, sehingga pesan-pesan yang tertuang dalam programnya dapat diterima oleh masyarakat.
Dari sisi efisiensi penyelenggaraan, kampanye-kampanye berbasis media massa juga akan jauh lebih efisien dibanding dibandingkan kampanye mengumpulkan massa seperti yang biasa dilakukan. Nihilnya pengumpulan massa memperkecil peluang terjadi gesekan antara pendukung.
Hanya saja, dengan pola baru ini penyelenggara pilkada hendaknya turut mengatensi sejumlah hal tentang aturan main kampanye berbasis media. Pengaturan aturan main berkampanye menjadi barang wajib yang harus diatur, guna menghindari praktik-praktik penyebaran berita bohong hingga ujaran kebencian yang berpeluang memicu persinggungan UU ITE.
"Sehingga dalam hal ini, kedewasaan kontestan, pemilih, maupun pendukung dalam menyampaikan aspirasinya di media-media, utamanya media sosial, secara tidak langsung juga akan dituntut," ucap mantan Ketua KPU Bali ini.