Pesan “Tujuh” dalam "Timeless Art Exhibition and Culinare” Surya Darma

Selasa, 22 Desember 2020 02:48 WIB

Penulis:E. Ariana

Pameran “Timeless Art Exhibition and Culinare”
Pameran “Timeless Art Exhibition and Culinare”

BADUNG – Sebuah pameran bertajuk “Timeless Art Exhibition and Culinare” disajikan Kendaratu Beach Club. Pameran yang dibuka 21 Desember 2020 hingga 1 Januari 2021 ini menghadirkan tujuh buah karya I Gede Made Surya Darma, disamping lukisan sang maestro seni rupa Bali, I Nyoman Gunarsa, dan I Wayan Bendi yang merupakan koleksi Konderatu.

Perupa, I Gede Made Surya Darma, menjelaskan ketujuh lukisan yang dipamerkan seluruhnya bertama buah-buahan. Karya-karya itu merespons tema timeless yang diberikan galeri. Selain itu, jumlah karya yang ditampilkan pun mengandung pesan sendiri kepada para penikmatnya.

“Angka tujuh merupakan simbol dalam kisah hari penciptaan, sebagaimana saya seorang pelukis mempersiapkan pameran ini selama 7 hari,” katanya, Senin (21/12/2020).

Konsep yang disajikan juga terinspirasi oleh kepercayaan bangsa Ibrani, dimana diyakini bahwa Tuhan  menciptakan alam semesta selama 7 hari. Enam hari, dimulai dari terang yang menerangi kegelapan, pada hari pertama, dan berakhir pada penciptaan manusia pada hari ke 7. Kemudian, Tuhan beristirahat dan memberkati pada hari ketujuh, istirahat.

Tujuh lukisan yang ditampilkan itu masing-masing adalah Hot in Three, Hot in Six, Out of the Box, Go Green, Cave to Heaven, Red Wine, dan Photosynthesis. Hot in Three merupakan satu substansi dalam tiga warna, menjadi satu pribadi yang dianalogikan dengan interpretasi mengenai keyakinan,  bermanifestasi dengan tiga aspek warna kehidupan yang tidak bisa dipisahkan yang disimbolkan dengan keabadian Trinitas,” jelasnya.

Kemudian, karya Hot in Six terinspirasi dari kisah dalam kitab kejadian, Genesis Creation Narative, yang menarasikan adanya enam waktu yang tidak bisa terpisahkan dalam proses penciptaan lukisan tersebut.  Lukisan ini mengkomposisikan objek paprika dan cabai yang beraneka ragam warna.

Lukisan berjudul Out of the Box berupaya menyikapi pandemi Covid -19 yang menggeropgoti dunia selama hampir setahun ke belakang. Selama itu, banyak sekali orang berpikir dari sisi negatif, namun Surya Darma mencoba berpikir dari sisi positif untuk menyemangati diri untuk beradaptasi dengan keadaan.

Go Green terinspirasi dari alam sekitar kita yang sudah terkontaminasi dengan polusi, limbah industri, sampah, dan pencemaran. Saya sebagai pelukis menyuarakan pentingya lingkungan hijau untuk kita, dan masa depan umat manusia,” katanya.

Karya kelima, Cave to Heaven diakui sebagai karya metafora untuk menyemangati diri dalam menuju kebahagiaan metafora sebagai jalan mencapai suatu tujuan hidup. Sedangkan, lukisan berjudul Red Wine menyajikan simbolisme dari proses mencari inti sari dari buah angur yang difermentasi. Proses fermentasi anggur menjadi wine mengantarkan pesan manusia dalam menjalani kehidupan yang mengalami banyak proses hingga akhirnya mengerucut pada tujuan hidup. Adapun Red Wine mrupakan puncak dari proses kehidupan.

Photosynthesis menarasikan proses pembakaran kimiawi melalu zat hijau daun atau klorofil, dibantu oleh energi matahari, untuk merubah CO2 yang  dihasilan makhluk hidup dan didaur ulang oleh pohon melalui daun untuk menghasilakan O2 yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia. “Ini simbolik guru, bahwa kita sebagai umat manusia tidak akan bisa hidup sendiri, selalu ketergantungan satu sama lain seperti terjadinya proses fotosintesis tersebut,” tutup Surya Darma.