Kamis, 15 Oktober 2020 02:22 WIB
Penulis:Bambang Susilo
DENPASAR – Provinsi Bali tengah menuju transisi penuaan penduduk. Hal ini diketahui dari persentase penduduk usia 60 tahun ke atas lebih dari 7 persen, yakni sebesar 12,37 persen dari total penduduk Bali.
Menyikapi kondisi itu, Bali kini mulai bersiap-siap meminimalisir dampak bawaan peningkatan persentase penuaan penduduk. Dampak-dampak itu dapat berupa permasalahan kesehatan, sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
“Tingginya usia penduduk lansia di Provinsi Bali mengharuskan kita melakukan pendampingan terhadap keluarga yang mempunyai lansia melalui kelompok Kegiatan Bina Keluarga Lansia atau BKL,” kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN Provinsi Bali, Agus P. Proklamasi, dalam Orientasi Pendampingan Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia di Denpasar, Rabu (14/10).
Ia menjelaskan, BKL memang diperuntukkan sebagai wadah kegiatan bagi keluarga yang mempunyai lansia yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan lanjut usia yang sehat, mandiri, poduktif, dan bertaqwa. Langkah itu dimaksudkan agar kelompok lansia tetap dapat diberdayakan dalam pembangunan dengan memperhatikan kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalamannya sesuai usia dan kondisi fisiknya.
“BKKBN tidak hanya melakukan penggarapan terhadap pasangan usia subur atau PUS dalam hal kesertaan dalam ber-KB, namun juga mempunyai tugas dalam rangka untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, salah satunya melalui pemberdayaan lansia,” ucapnya
Ia menjelaskan, BKKBN memiliki tugas utama untuk memberi pemahaman terkait perencanaan keluarga yang berkualitas, dalam hal ini perencanaan mulai dari sebelum melaksanakan kehidupan berkeluarga sampai perencanaan mamasuki usia lansia.
“Jadi BKKBN ini kerjanya ngurusi dari bayi sampai ke lansia. Mulai dari remaja persiapan berkeluarga, setelah itu persiapan punya anak, perencanaan mau anak berapa dan kapan berhenti melahirkan, perawatan balita dan tumbuh kembang anak sampai ke perawatan lansia,” ujarnya.
Sementara itu, narasumber dalam kegiatan tersebut, Dr. dr. I Gusti Putu Suka Aryana, Sp. PD-Kger, menyatakan bahwa pada umumnya setiap manusia dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan secara signifikan dari sisi biologis, psikologi, dan sosial. Perubahan ini juga berisiko memunculkan masalah kesehatan.
“Perubahan ini selain dipengaruhi oleh faktor endogen atau faktor dari dalam diri juga dipengaruhi oleh faktor eksogen, seperti lingkungan dan gaya hidup,” katanya.
Membaca kondisi itu, ia berpesan agar setiap orang dapat menjaga pola hidup mulai dari muda. Pola hidup yang terjaga sejak muda diharapkan dapat mengurangi masalah kesehatan yang mungkin terjadi di usia tua.
“Jadi diharapkan kita semua dapat menjaga pola hidup kita dari sekarang, jangan menunggu tua. Olahraga teratur, makan yang bergizi,” ujar Suka Aryana.