Pengembangan Usada Bali Memerlukan Asosiasi

Rabu, 28 April 2021 18:52 WIB

Penulis:E. Ariana

Cok Ace.jpg
Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati saat meninjau Pameran Pengobatan Tradisional dan Praktik Pangusada Bali, Rabu (28/4/2021).

Denpasar, Balinesia.id – Bali memiliki sistem ilmu pengobatan usada yang potensial dikembangkan dan bersaing di dunia internasional. Namun, dalam  pengembangannya diperlukan pembentukan asosiasi atau perkumpulan untuk menampung pengusaha obat tradisional.

"Agar tidak terjadi kompetisi yang kurang sehat, perlu dibentuk perkumpulan atau asosiasi yang mewadahi para pengusaha obat tradisional ini,” kata Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) ketika meninjau Pameran Pengobatan Tradisional dan Praktik Pangusada Bali di  Parkir Barat Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Rabu (28/4/2021).

Menurutnya, pengobatan tradisional atau Usada Bali memiliki peluang yang besar bersaing dengan pengobatan tradisional negara lain, seperti Tiongkok dan Korea. Namun, untuk bisa mencapai hal itu, pelaku usaha obat tradisional harus konsisten dalam menerapkan tata cara dan bahan baku. "Saya harap untuk selalu menggunakan dan menonjolkan bahan baku dari daerah masing-masing, karena hal ini juga bisa membantu para petani setempat dalam memasarkan produk mereka," katanya didampingi Ny. Tjokorda Putri Hariyani Ardhana Sukawati.

Sementara itu, dalam acara bertema "Menggalang Kekuatan Ekonomi Masyarakat Bali Melalui Pengembangan Obat Tradisional menuju Bali Era Baru" itu, Staf Ahli Gubernur Bali Bidang Permukiman dan Sarana Prasarana Wilayah, I Dewa Putu Eka Wijaya Wardana, menyampaikan bahwa pameran akan berlangsung selama dua hari, dari tanggal 28 hingga 29 April 2021.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rakorda Staf Ahli I yang dilaksanakan pada selasa 27 April 2021. Adapun tujuan kegiatan tersebut adalah mengangkat pengobatan tradisional karena menurutnya Bali mempunyai potensi pengobatan yang luar biasa jika dikembangkan.

“Selama ini obat tradisional yang dikenal masyarakat dari China atau Korea, sekarang kita kembangkan potensi kita,” katanya.

Ia menambahkan, ke depan pihaknya akan mencoba membentuk lembaga atau asosiasi yang menghubungkan petani dan pengusaha obat. “Nanti asosiasi yang akan menginformasikan kepada petani jika ada perusahaan obat yang membutuhkan bahan baku, termasuk memetakan masing-masing daerah yang memiliki karakteristik tanaman ibat. Misalnya, jika nanti kita butuh jahe kelas satu, nanti tinggal hubungi petani di Bangli, atau kunyit misalnya di Tabanan,” jelasnya. jpd