Rabu, 02 Desember 2020 01:17 WIB
Penulis:E. Ariana

DENPASAR - Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan November 2020 kembali tercatat menurun 0,23 persen dibanding catatan bulan Oktober 2020. NTP Provinsi Bali pada bulan Oktober tercatat 92,83, namun bulan November 2020 tercatat berada di angka 92,61.
Catatan tersebut terungkap melalui berita resmi statistik yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Bali melalui siaran virtual, yang dipantau dari Denpasar, Selasa (1/12/2020). Kepala BPS Bali, Hanif Yahya, S.Si., M.Si., menjelaskan bahwa angka penurunan NTP Bali didapat setelah indeks yang diterima petani (It) pada bulan November 2020 tercatat lebih rendah dibandingan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib).
"It tercatat naik sebesar 0,52 persen, dari 97,47 pada Oktober 2020 menjadi 97,97, sedangkan Ib tercatat naik sebesar 0,75 persen, dari 104,99 menjadi 105,78 pada bulan November 2020," katanya.
Ia menjelaskan, penurunan indeks NTP pada bulan November 2020 tercatat terjadi pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat (-1,90 persen), subsektor perikanan (-1,77 persen), dan subsektor tanaman pangan (-1,43 persen). Sementara itu, subsektor hortikultura dan subsektor peternakan tercatat naik masing-masing 2,38 persen dan 0,93 persen.
"Indeks Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Provinsi Bali bulan November 2020 tercatat 92,88, atau naik sebesar 0,16 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 92,73," katanya.
Sementara itu, jika dilihat menurut subsektornya, Indeks NTUP pada bulan November 2020 tercatat menurun di tiga subsektor, yaitu subsektor perikanan (-1,40 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (-1,35 persen), dan subsektor tanaman pangan (-0,79 persen). Di sisi lain, subsektor hortikultura dan subsektor peternakan tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,49 persen dan 1,09 persen.
"Pada bulan November 2020, Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,91 persen dan merupakan inflasi terbesar kedua secara nasional. Kondisi ini sejalan dengan catatan inflasi perdesaan secara nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,51 persen," terangnya seraya mengatakan dari seluruh provinsi di Indonesia, inflasi perdesaan paling tinggi tercatat di Provinsi DKI Jakarta dengan besaran 0,92 persen, sedangkan deflasi paling dalam tercatat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang -0,06 persen.