Senin, 14 Desember 2020 12:27 WIB
Penulis:E. Ariana

BADUNG - Enam orang perupa Bali yang tergabung dalam kelompok Inferno menyuguhkan pameran seni rupa bertajuk "Nirkata". Mengambil istilah dalam bahasa Sanskerta yang berarti tanpa kata, meraka menghadirkan karya yang penuh dengan simbol.
Ketua Inferno, I Ketut Suwidiarta, menjelaskan pameran yang dilaksanakan di Seminyak Village, Badung antara 12-31 Desember 2020 itu merupakan hasil dari aktivitas menggambar di tempat pameran (on the spot). Mereka yang ambil bagian, I Ketut Suwidiarta, Ida Bagus Artha, Ida Bagus Eka, I Kadek Suardita, I Wayan Gede Budayana, dan I Wayan Sandika, merespons tema dalam penafsiran bebas yang mewujud dalam bentuk lukisan dan mural.
"Selama ini kami memilih tempat-tempat yang kami anggap memiliki nilai heritage (warisan budaya, red) dan antiquity (antik) seperti pura-pura kuna sebagai tempat berkarya. Dalam proses itu, kami menemukan banyak simbol atau nilai yang kemudian direpresentasikan melalui karya seni," katanya kepada wartawan Balinesia.id, Minggu (13/12/2020).
Menurutnya, seni merupakan sebuah pesan agung yang menjadi semacam penyampai pesan melalui estetika yang tidak disampikan lewat bahasa verbal. "Jadi, bentuk-bentuk seni ini adalah nirkata atau tanpa kata-kata," ucapnya.
Suwidiarta menjelaskan, pesan yang disampikan melalui karya seni berupa relief atau pahatan di pura menjadi objek yang menarik dan indah. Tidak jarang, penikmatnya tanpa sadar telah mendapat pesan yang dipresentasikan lewat karya seni tanpa merasa digurui lewat kata-kata. Singkatnya, pemberi dan penerima pesan mengalami "ekstasi" melalui karya seni yang mengandung nilai moral dan estetika secara bersamaan.
Disinggung tentang pandemi Covid-19 yang telah mewabah di Indonesia sejak Maret 2020 lalu, Suwidiarta mengatakan bahwa pandemi Covid-19 sejatinta tidak pernah menghalangi seniman untuk berkarya, justru menjadi stimulus bagi seniman untuk berkontemplasi lebih dalam, kemudian lebih produktif menghasilkan karya.
"Sebuah nilai yang dihasilkan dari renungan seorang seniman, sebenarnya tak bernilai dan terbebas dari gelombang musim yang terus berganti. "Pada hakikatnya nilai seni bersifat eternal dan tidak langsung berhubungan dengan pasar atau perubahan musim," imbuhnya.