Australia
Senin, 29 Juli 2024 12:42 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
PARIS - Ada beberapa hal yang menjadi sorotan pada pelaksanaan pertandingan perdana cabang olahraga sepak bola yang diselenggarakan selama perhelatan Olimpiade Paris. Delegasi Israel berhadapan dengan tim sepak bola Mali dalam pertandingan dan berakhir imbang 1-1.
Momen menarik yang viral di media sosial terjadi ketika lagu kebangsaan Israel diputar. Sekelompok kecil penonton mengibarkan bendera Palestina, memicu debat sengit antara pendukung kedua kubu. Pendukung Israel tidak terima sebagian penonton mengibarkan bendera Palestina.
Peristiwa bertandingnya Israel pada pelaksanaan Olimpiade Paris memunculkan kembali perdebatan standar ganda dalam praktik olahraga internasional yang didominasi negara Barat.
Sebagai contoh, Rusia dilarang berpartisipasi dalam Olimpiade Paris karena dianggap melakukan invasi dan kejahatan perang di Ukraina. Kritik semakin tajam ketika Jibril Rajoub, Ketua Komite Olimpiade Palestina, mengecam IOC (Komite Olimpiade Internasional) karena mengizinkan Israel tetap berkompetisi.
Dalam surat yang dilayangkan kepada Ketua IOC Thomas Bach, Rajoub menuntut boikot terhadap keikutsertaan Israel di Olimpiade Paris, namun tuntutan ini ditolak mentah-mentah.
Rajoub juga menuduh lembaga internasional dikuasai sekelompok kecil aktor jahat yang menerapkan standar ganda dan tidak mengikuti Piagam Olimpiade. Dia juga menyebut serangan Israel di Gaza sebagai "kejahatan genosida dan pembersihan etnis."
"Ini menegaskan bahwa ada lembaga internasional yang bersikeras menerapkan standar ganda dan tidak mematuhi Piagam Olimpiade, undang-undang dan peraturan, atau moral," tegas Rajoub di Bandara Charles de Gaulle sesaat tiba di Paris dilansir AFP, Jumat 26 Juli 2024.
Setibanya di Bandara Charles de Gaulle di Paris, Rajoub dan delegasi olahraga Palestina disambut oleh sekitar seratus pendukung dengan seruan "Free, Free Palestine!" Sambutan ini menunjukkan dukungan internasional yang signifikan terhadap Palestina.
"Israel atau Komite Olimpiade Israel telah kehilangan hak moral, olahraga, kemanusiaan, dan hukum untuk berpartisipasi," tambah Rajoub.
Ketua IOC, Thomas Bach, menegaskan IOC tidak terlibat dalam politik, tanpa rasa empati kepada korban genosida di Palestina Thomas mengklaim pihaknya punya bertujuan mulia untuk menyatukan atlet melalui olahraga.
Thomas juga menekankan pentingnya hubungan damai antara Komite Olimpiade Israel dan Palestina, pernyataan thomas seakan menyampingkan korban genosida palestina yang hingga hari ini angkanya hampir menyentuh 40 ribu nyawa.
Thomas berdalih olahraga dapat menjadi jembatan menciptakan perdamaian dan pemahaman di antara kedua belah pihak. Sontak pernyataan ini menuai kritik dari banyak pihak, terutama bagi mereka yang merasa tindakan IOC tidak konsisten dengan prinsip keadilan dan netralitas yang mereka diklaim selalu dijunjung tinggi.
"Kami tidak berada dalam urusan politik, kami berada di sana untuk mencapai misi kami untuk menyatukan para atlet." terang Thomas.
Di sisi lain, atlet Palestina, Yazan Al Bawwab, menyuarakan keinginannya untuk meningkatkan kesadaran dunia tentang perjuangan rakyat Palestina dan penderitaan genosida yang dialami Gaza melalui olahraga.
Baginya, olahraga bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga menyampaikan pesan dan menyatukan orang-orangs eluruh dunia untuk membuka mata kejahatan genosida yang dilakukan Israel
Dengan menggunakan platform olahraga, ia berharap dapat membawa pesan perdamaian dan keadilan yang lebih kuat, serta mendorong dialog dan pemahaman antar bangsa. Hingga saat ini kejahatan genosida Israel telah merenggut nyawa 39.175 kematian orang tak bersalah, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kondisi ini tentunya mempengaruhi atlet Palestina, dengan sekitar 400 atlet tewas dan banyak lainnya terhambat dalam latihan dan perjalanan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 26 Jul 2024
sebulan yang lalu
sebulan yang lalu