balinesia.id

Keberadaan Aksara Bali Indikasi Manusia Bali yang Unggul

Kamis, 11 Maret 2021 02:16 WIB

Penulis:E. Ariana

Gubernur Bali, Wayan Koster (kanan) kala menerima ausdiensi Rektor Universitas Dwijendra, Gede Sedana (kiri) bersama jajaran.
Gubernur Bali, Wayan Koster (kanan) kala menerima ausdiensi Rektor Universitas Dwijendra, Gede Sedana (kiri) bersama jajaran.

Denpasar, Balinesia.id - Keberadaan aksara pada suatu daerah menunjukkan adanya tingkat peradaban tinggi dan mengakar kuat. Hal itu tercermin pada Bali dengan aksara Bali yang diwarisi sejak masa silam.

Berpijak pada fakta tersebut, Gubernur Bali, Wayan Koster, mengajak seluruh masyarakat Bali untuk menempatkan aksara Bali pada posisi yang luhur. Aksara Bali hendaknya tidak hanya digunakan, tapi juga dimuliakan.

“Kita memaknai bahwa aksara Bali itu bukan hanya sekadar dipakai, tapi juga dimuliakan,” kata Gubernur Koster saat menerima audensi Universitas Dwijendra di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar, Rabu (10/3/2021).

Ia menjelaskan bahwa bahasa daerah di Indonesia memang sangat banyak. Namun, tidak semua bahasa daerah itu diparipurnakan keberadaannya dengan aksara. "Di Indonesia paling hanya enam daerah yang memiliki aksara. Negara-negara (di dunia) pun yang punya aksaranya sendiri bisa dihitung,” kata katanya.

Oleh karena itu, ia menilai bahwa keberadaan aksara menunjukkan suatu peradaban yang maju dari konstruksi agung kebudayaan Bali. Keberadaan peradaban maju itu pula secara tidak langsung menunjukkan kualitas sumber daya manusia Bali yang tinggi.

Berkaca pada peradaban yang maju itu pula pihaknya berpikir bahwa manusia Bali memiliki potensi untuk lebih maju dibandingkan daerah lainnya. "Bisa dicek, negara-negara dengan aksaranya sendiri rata-rata lebih maju dan punya keunggulan di bidang-bidang tertentu. China, Jepang, India, misalnya. Kita punya modal untuk mencetak bibit-bibit unggul dengan konten lokal yang jdi pembeda,” tegasnya.

Dengan demikian, Koster pun mengajak para akademisi, pegiat, atau pemikir di Pulau Dewata untuk lebih mendalami lagi pemaknaan dan penghayatan terhadap budaya Bali. Jika sudah bisa menghayati, ia menilai Bali akan sangat militan dalam menjaga adat maupun budayanya.

Lebih jauh, ia pun berharap melalui implementasi visi pembangunan Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" dapat menjadi momentum bagi kalangan akademis dan lembaga pendidikan tinggi berpartisipasi membangkitkan kembali ke-Bali-an orang Bali yang mulai tergerus akibat perkembangan zaman. “Ini memomentum bagus, untuk membangkitkan lagi adat, budaya, kearifan lokal yang mesti dijaga betul,” katanya.

Terhadap hal itu, Rektor Universitas Dwijendra, Gede Sedana, mengungkapkan sangat mendukung visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang dilaksanakan Gubernur Bali. Terhadap ide-ide tentang pemajuan kebudayaan Bali, pihaknya pun mengaku telah berperan dalam pengembangan aksara Bali ke komputer.

“Khususnya dalam membumikan kembali aksara Bali, kami telah mengembangkan suatu aplikasi aksara Bali bernama Bali Simbar sebagai suatu bentuk dukungan nyata Yayasan Dwijendra terhadap program Pemerintah Provinsi Bali,” sebutnya.

Tak hanya itu, lanjutnya, Universitas Dwijendra menurutnya juga mengembangkan program digitalisasi lontar. “ Intinya kami akan siap men-support kebijakan Bapak Gubernur, dan tidak hanya aksara namun juga budaya Bali secara umum,” katanya. (jpd/and)