Gotong Royong, 9 Komunitas di Bangli Bincangkan Usulan Nama Ibukota

Sabtu, 08 Mei 2021 14:08 WIB

Penulis:E. Ariana

Bincang Ibukota.jpeg
Diskusi Lintas Komunitas bertema "Mencari Nama Ibukota Bangli" yang diinisiasi secara gotong royong oleh sembilan komunitas pemuda di Bangli.

Bangli, Balinesia.id – Wacana penggantian nama ibukota Bangli terus mendapat tanggapan dari masyarakat. Setelah PHDI Bangli menggelar rapat dengan sejumlah tokoh agama dan adat sepekan lalu, kini giliran pemuda yang membincangkan calon nama ibukota Bangli.

Mengusung pola gotong royong, himpunan komunitas yang menamakan dirinya Forum Pemuda Bangli itu menggelar diskusi bertema “Mencari Nama Ibukota Bangli” di Sekretariat Sanggar Jarakbank Bangli, Jalan Mohamad Hatta, Bangli, Jumat (7/5/2021).

Mereka yang terhimpun adalah DPK Peradah Indonesia Bangli, Sanggar Jarakbank Bangli, Bangli Sastra Komala, Komunitas Belajar Umah Bata, Lingkar Studi Batur, Sanggar Siap Selem, PC KMHDI Bangli, Bangli MetalHeads, dan Lingga Waskita Sejahtera.

Moderator yang juga Ketua DPK Peradah Indonesia Bangli, IK Eriadi Ariana (Jero Penyarikan Duuran Batur) mengatakan bahwa kemunculan forum itu merupakan bentuk kegelisahan komunitas-komunitas itu terhadap wacana publik yang berkembang.

“Karena kami ada dan merasa memiliki Bangli yang 10 Mei 2021 ini merayakan HUT ke-817, maka kami merasa perlu hadir dan menggelar forum bersama,” katanya mengawali diskusi.

Hal senada dinyatakan Ketua Sanggar Jarakbank, Made Kenak Dwi Adnyana. Menurutnya, kehadiran forum merupakan penegasan keberadaan komunitas-komunitas di Bangli yang memiliki peran dalam pembangunan.

“Forum ini menjadi momentum bersama bagi keberadaan komunitas-komunitas di Bangli untuk tetap bisa dilihat keberadaannya sebagai potensi dalam upaya bersama-sama membangun Bangli. Harapannya, keberadaan kami bisa dilihat dan didengar oleh lingkar penguasa di Bangli, juga ke depannya diharap tidak hanya berhenti pada titik ini,” kata Kenak yang merupakan perupa asal Desa Belantih, Kintamani.

Sementara itu, terkait dengan tema yang dibahas, forum tersebut memunculkan sejumlah nama. Calon nama ibukota yang muncul Sebagian di antaranya sudah mengemuka ke publik, yakni Wijayapura, Ranupura, dan Amertapura, serta usulan baru Lingga Amertapura.

Wijayapura sebelumnya muncul dengan varian Wijaya Nagari, sedangkan Amertapura sebelumnya muncul dengan varian Mahamertapura. Dua nama ini bersama Ranupura muncul dalam diskusi yang digelar PHDI Bangli, Minggu (2/5/2021) lalu. 

IGA Darma Putra (Bangli Sastra Komala) sebagai pengusul nama Wijayapura mengartikan usulan nama itu sebagai “kota kemenangan”. Ada enam pertimbangan pengusulan nama tersebut, yakni dasar pertimbangan yuridis Permendagri No.30/2012, keberadaan motto “Bangli Bhukti Mukti Bhakti”, keberadaan maskot Bangli “Pucuk Bang”, juga penjelasan prasasti Bali Kuno yang menyebut nama pasaran Wijayapura.

“Wijayapura dapat diartikan sebagai daerah yang ada di ‘titik tengah’ suatu wilayah, sehingga dapat melihat bagaimana kondisi perekonomian masyarakat setempat. Filosofi pasar juga menjadi simbol tempat mengukur kesejahteraan mental, finansial, maupun spiritual,” terang akademisi UHN IGB Sugriwa ini.

Selanjutnya, Putu Eka Guna Yasa (Peradah Indonesia Bangli) dengan pertimbangan aspek filosofis, ekologis, dan historis memunculkan nama Ranupura dan Amertapura. Secara ekologis, akademisi Universitas Udayana ini mengatakan Danau Batur merupakan ciri khas Bangli, yang merupakan ekosistem penting bagi Bali. Dari pijakan filsafat atau katatwan, Kakawin Purwaning Gunung Agung menyebut Gunung Batur Giri Apuy, di mana di bawahnya terdapat maha amreta (amerta)yakni air suci kehidupan yang sangat utama, yang tiada lain adalah Danau Batur.

“Penyebutan Danau Batur sebagai maha amreta ini penting dilihat, karena meski Bali memiliki empat danau, yang disebutkan sebagai maha amreta adalah Danau Batur. Itu pun kemudian didukung dari aspek ekologis dan historis Bangli yang secara keseluruhan sangat erat dengan unsur air yang menyusui Bali,” jelasnya.

Lingga Amerta Pura juga dirasa pantas menjadi nama ibukota Bangli. Pengusulnya, Lingga Waskita Sejahtera yang diwakili I Ketut Sudiarta, menilai usulan tersebut sejalan dengan dengan keberadaan Gunung dan Danau Batur yang merupakan lingga dan yoni Bali. “Lingga Amerta Pura bisa menjadi referensi. Lingga identik dengan Siwa yang mempunyai energi. Amreta tidak bisa lepas dari taksu di mana Bangli telah diketahui sebagai hulunya Bali,” katanya.

Lebih jauh, Putu Oka Suyasa (Lingkar Studi Batur) lebih menekankan aspek yuridis perumusan ibukota sesuai Permendagri No 30 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibukota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibukota, dan Pemindahan Ibukota.

“Pasal 3 Ayat 2 dijelaskan bahwa pengajuan nama ibukota harus memperhatikan faktor sejarah, budaya, adat-istiadat, dan/atau adanya nama yang sama. Jika melihat hal itu, usulan-usulan yang telah muncul hingga saat ini telah masuk ke dalam ranah yuridis,” katanya.

Prinsip-prinsip itu pun dinilai penting dilihat dalam perumusan, meski nantinya pengesahannya juga akan melalui mekanisme di eksekutif dan legislatif. “Sebelum disahkan nantinya wajib ada naskah akademik. Hal inilah yang perlu diperhatikan bersama, dan semoga rumusan yang telah dipaparkan hari ini dapat dipertimbangkan,” katanya. jpd