Galungan di Tengah Pandemi Ingatkan Manusia pada Keluarga dan Leluhur

Senin, 14 September 2020 20:54 WIB

Penulis:Bambang Susilo

DENPASAR – Pandemi Covid-19 melahirkan perayaan Galungan yang berbeda dibanding perayaan biasanya. Pembatasan kontak dengan banyak orang menggiring pelaksanaan hari kemenangan dharma dilakukan di lingkar komunitas terkecil, yakni keluarga.

“Musibah pandemi Covid-19 ini hikmahnya adalah memaknai hidup dalam sebuah keluarga, ini telah lama terlupakan orang saat ini, termasuk dalam hal pelaksanaan Galungan,” kata Guru Besar UHN IGB Sugriwa Denpasar, Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si., di Denpasar, Senin (14/9/2020).

Akademisi asal Bangli ini menjelaskan selama ini masyarakat, khususnya umat Hindu di Bali, sering melupakan peran penting keluarga dalam melakoni suatu upacara, termasuk keberadaan leluhur yang menjadi asal mula kehadiran manusia di dunia. Padahal, keluarga dan leluhur merupakan ruang dan sutradara pertama yang membentuk karakter seorang anak.

“Dalam Kakawin Ramayana disebutkan bahwa Sang Dasarata weruh ring weda, bhakti ring dewa, tar malupeng pitra puja, muang masih ta sira swagotra kabeh (Sang Dasarata memahami ajaran Weda, berbakti kepada dewa, tidak melupakan pemujaan pada leluhur, dan mengasihi orang orang lain, red),” tuturnya.

Ia menilai uraian dalam kakawin tertua dan terpanjang yang diwarisi Nusantara ini sangat ideal dijadikan pijakan untuk membentuk manusia ideal saat ini dan masa depan. “Manusia Hindu yang ideal adalah manusia yang cerdas atau weruh, bakti atau berahklak, pitra puja atau bermoralitas hormat pada leluhur, dan maasih swagotra atau mencintai keluarga dan masyarakat,” kata Duija.

Terkait dengan itu, pihaknya pun mengajak masyarakat untuk dapat menjadikan Galungan sebagai momentum introspeksi diri. Galungan hendaknya berhenti dimaknai sebagai pesta agama, melainkan sarana untuk mendekatkan diri pada sifat-sifat berlandaskan Dharma. “Galungan adalah upaya mengikis ego menuju keluhuran budi untuk sarwa prani, sehingga dharma dikatakan menang melawan adharma,” pungkasnya.