Senin, 04 November 2019 13:20 WIB
Penulis:Rohmat
Gianyar- Gallery Ubud Diary selama lebih dari 20 tahun, kami telah mengumpulkan barang-barang seni kayu antik yang bisa dipakai dalam nuansa masa kini.
Kehadiraan Ubud Diary di sebidang lahan di Lodtunduh Ubud, dengan satu prinsip bahwa Ubud yang sudah cantik ini akan lebih cantik lagi.
Selain barang-barang seni kayu antik, belasan tahun lalu juga mengumpulkan banyak lukisan yang kami anggap punya nilai seni tinggi, terutama lukisan gaya Ubud.
Ubud Diary memberikan panggung bagi para seniman Ubud untuk menampilkan karya-karyanya. Membantu para seniman Ubud untuk bisa berpameran tunggal di Ubud Diary.
Menyadasi seni lukis gaya Ubud saat ini berada pada tahapan yang kritis, dimana para pelukisnya sudah mulai tua, sementara generasi muda penerusnya belum ada.
Hal ini sangat disayangkan dimana seni lukis Ubud ini pernah menarik perhatian ratu Inggris yang mendorongnya berkunjung ke Ubud pada tahun 1974.
Sebelum kunjungan itu, terlebih dahulu duta besar Inggris bertemu dengan pemilik gallery kecil di Pengosekan, Ubud dan membeli lukisan barong oleh pelukis “Nyoman Karsa” dan “Melasti” oleh pelukis Ketut Gelgel.
Lukisan tersebut kemudian ditunjukan pada ratu Inggris, Ellizabeth II yang kemudian menyukai dan ingin melihat langsung pelukisnya yang berada di Ubud. Pada kunjungan tersebut terlihat juga ratu Ellizabeth II sedang mengamati lukisan tradisional Ubud di gallery seni milik Mangku Made Gina di Pengosekan, Ubud.
Berita kunjungan Ratu Ellizabeth II ini pernah diliput oleh Kompas pada tahun 1974.
Ubud Diary telah lama mengoleksi karya Ketut Gelgel bahkan sebelum mengetahui bahwa karya Gelgel pernah dibawa ke Inggris. Ketut Gelgel memiliki panggung di Ubud Dairy bersama dengan seniman Ubud lainnya untuk bersama-sama mengembangkan kesenian Ubud ini demi generasi selanjutnya.
Semua karya yang dipamerkan di Ubud Diary, dilengkapi dengan detail informasi atas barang tersebut dgn program QR-CODE, sehingga semua pengunjung bisa menikmati semua karya dan barang yang didisplay dengan leluasa.
Ubud Diary melalui program dua atau tiga pameran tunggal tahunan dan peluncuran buku para pelukis tersebut, juga berencana membuat satu event tahunan di Jakarta, dengan tujuan untuk mendorong kesadaran para stake holders untuk lebih mencintai seni lukisan Ubud ini.
Ubud Diary menilai seni lukis tradisi Bali terutama seni lukis gaya Ubud ini memainkan peran penting dalam perkembangan identitas kesenian budaya Bali dan Indonesia saat ini dan kedepannnya.
Grand opening Ubud Diary akan diadakan pada 30 November 2019, bersamaan dengan pameran koleksi lukisan gaya Ubud serta peluncuran buku bilinguals “UBUD DIARY : CELEBRATING THE UBUD SCHOOL OF PAINTING – The Diversity of Visual Language”.
Melalui kegiatan ini, Ubud Diary mengajak teman-teman media, masyarakat, penikmat seni dan budayawan untuk bersama-sama membangun apresiasi terhadap hasil ciptaan nenek moyang sebagai sebuah warisan luhur yang berharga untuk dijaga dan dikembangkan bersama-sama. (mat)