Deflasi Hantam Bali Tiga Bulan Berturut-turut

Minggu, 04 Oktober 2020 13:59 WIB

Penulis:Bambang Susilo

DENPASAR - Provinsi Bali memperpanjang catatan deflasi selama tiga bulan terakhir. Setelah mencatat deflasi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2020, deflasi juga kembali terjadi pada September 2020.
 
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, menjelaskan, berdasarkan pada data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, angka deflasi Provinsi Bali pada September 2020 tercatat sebesar 0,11 persen (mtm). Angka tersebut terkonfirmasi lebih dalam dari deflasi nasional yang tercatat hanya 0,05 persen (mtm).
 
"Deflasi juga terjadi pada kota Denpasar sebesar 0,16 persen (mtm), sedangkan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,27 persen (mtm)," terangnya akhir pekan lalu.
 
Torehan angka-angka tersebut menyebabkan inflasi tahunan Provinsi Bali tercatay sebesar 0,95 persen (yoy), lebih rendah dibanding dengan angka nasional yang sebesar 1,42 persen (yoy). 
 
Ia menjelaskan, penurunan harga di Provinsi Bali kembali terjadi pada kelompok makanan bergejolak atau volatile food dan harga barang yang diatur pemerintah atau administered prices. Adapun kelompok makanan bergejolak tercatat mengalami deflasi sebesar 1,43 persen (mtm), yang masih terkontraksi, namun lebih terbatas jika dibandingkan dengan Agustus 2020 yang sebesar -2,01 perse (mtm).
 
Penurunan harga kelompok makanan bergejolak tercatat pada komoditas daging ayam ras, tomat, dan bawang merah. "Turunnya harga daging ayam ras disebabkan oleh pasokan DOC dan ayam yang tinggi di tengah permintaan yang masih lemah. Penurunan harga tomat dan bawang merah seiring dengan adanya panen raya yang jatuh pada bulan September dan diperkirakan masih berlanjut hingga Oktober mendatang," terang Trisno Nugroho.
 
Selanjutnya, angka deflasi pada kelompok barang yang diatur pemerintah tercatat sebesar -0,30 persen (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara dan angkutan kota. "Turunnya harga angkutan kota sejalan dengan subsidi BBM yang diberikan oleh pemerintah serta penurunan mobilitas masyarakat seiring dengan peningkatkan penyebaran Covid-19. Adapun penurunan harga tiket pesawat merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang," jelasnya.
 
Sementara itu, kelompok barang inflasi inti atau core inflation pada September 2020 tercatat mengalami onflasi sebesar 0,23 persen (mtm), melandai dibandingkan dengan bulan Agustus yang tercatat inflasi sebesar 0,34 persen (mtm). Tekanan inflasi ini terjadi terutama pada canang sari, ayam goreng, dan vitamin. "Peningkatan harga canang sari dan ayam goreng disebabkan oleh adanya Hari Suci Galungan dan Kuningan yang jatuh pada bulan September 2020," katanya.
 
Lebih jauh pihaknya mengatakan bahwa Tim Pengendali Inflasi Daerah atau TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi terus berupaya menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat. "TPID terus melakukan upaya dan inovasi untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya komoditas hortikultura dengan berbagai program, antara lain Pasar Gotong Royong. Bank Indonesia terus mendorong digitalisasi pemasaran produk pertanian melalui platform digital di antaranya melalui market place lokal guna menahan laju penurunan harga produk pertanian," ucapnya.
 
Trisno Nugroho menambahkan, berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, pada Oktober 2020 inflasi akan tetap terkendali. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap berkolaborasi bersama TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi agar laju inflasi dan kestabilan harga di masyarakat tetap terjaga.