“Brata Nemblas”; 16 Ajaran Kepemimpinan I Gusti Ngurah Made Agung

Selasa, 01 Desember 2020 17:59 WIB

Penulis:E. Ariana

Gugusan Gunung Batukaru-Bratan tampak dari Pucak Mangu. Gunung merupakan salah satu unsur alam yang digunakan sebagai analogi menjadi pemimpin ideal.
Gugusan Gunung Batukaru-Bratan tampak dari Pucak Mangu. Gunung merupakan salah satu unsur alam yang digunakan sebagai analogi menjadi pemimpin ideal.

DENPASARPahlawan Nasional, I Gusti Ngurah Made Agung tidak hanya dikenal sebagai seorang raja yang memimpin rakyat Badung untuk melakukan puputan atau perang penghabisan demi membela harkat dan martabat bangsa.

Sepanjang hidupnya yang singkat di usia 30 tahun, Raja Badung ke-7 ini juga seorang sastrawan. Melalui pisau tulisnya itulah ajaran kepemimpinan yang menjadi prinsip perjuangannya ditatah hingga berhasil diwariskan sampai ke era ini. Satu konsep kepemimpinan itu dinamai Brata Nemblas atau 16 prinsip menjadi seorang pemimpin negeri.

Konsep tersebut ditemukan dalam Geguritan Niti Raja Sasana. Akademisi Politeknik Negeri Bali (PNB), Dr. Ida Bagus Putu Suamba, dalam Rembug Sastra Purnama Bhadrawada edisi Purnama Kanem, Senin (30/11/2020) mengatakan prinsip kepemimpinan tersebut mirip dengan konsep Asta Brata sebagaimana isi nasihat Sang Rama kepada Wibisana dalam salah satu fragmen epos Ramayana.

Seperti Asta Brata, Brata Nemblas ini pun mengambil sifat-sifat benda atau hewan yang dekat dengan lingkungan sebagai analogi seorang pemimpin dalam mengemban tugas kenegaraan. “Pertama ada Giri Brata, yakni sikap pemimpin yang kokoh ibarat gunung, kemudian ada Indra Brata, dimana seorang pemimpin yang tidak percaya kata-kata aneh, berdosa jika tidak memaafkan, dan memaafkan jika salah ucap agar pikiran rakyat tenang,” katanya.

Selanjutnya adalah Mretawarsa Brata, yakni sikap pemimpin yang hendaknya dapat berlaku laksana air, budiman secara adil bagai hujan, tidak membedakan rakyat. Kemudian ada Geni Brata, yakni sifat pemimpin yang hendaknya meniru api, cepat memusnahan penjahat negeri.

Prinsip keenam adalah Lawana Brata, yaitu sifat pemimpin yang hendaknya meniru laut sebagai tempat melebur sehala kenistaan. “Mrega Brata adalah prinsip agar seorang pemimpin tidak bingung. Singa Brata merupakan prinsip pemimpin seperti seekor singa yang mampu berkolaborasi melindungi hutan sebagai rakyatnya, sehingga terjadi mutualisme,”  jelasnya.

Prinsip ke-9 adalah Nila Brata, yakni sifat yang seperti angin. Seorang pemimpiin dituntut cepat dan cekatan dalam semua kondisi. Sata Brata merupakan sifat pemimpin yang hendaknya meniru ayam yang welas asih. Selanjutnya ada Mayura Brata, yakni sifat pemimpin yang  hendaknya berlaku seperti merak yang luwes, namun indah.

Burung kelik atau cantaka dipilih menjadi prinsip ke-12 dengan nama Cantaka Brata, dimana seorang pemimpin hendaknya dapat berlaku seimbang, baik pada pengusa, bangsawan, atau rakyat. Kemudian ada Wiagra Brata, yakni sifat pemimpin yang seperti harimau, tidak puas jika hasil yang diinginkan belum didapat.

Seorang pemimpin ideal menurut I Gusti Ngurah Made Agung hendaknya juga mengetahui tanda-tanda kematian seperti burung gagak. Itulah prinsip ke-14, yakni Kaganila Brata, prinsip seperti burung gagak.

Menjadi seperti kera atau Cundaga Brata merupakan prinsip seorang pemimpin yang nomor 15.  Menurut prinsip ini seorang pemimpin diharapkan dapat memilih makanan yang baik. “Terakhir adalah Walesa Brata, Walesa artinya kelelawar besar, dimana prinsipnya jika ingin mengutus seseorang, hendaknya dapat ditunjuk seseorang yang bijak,” terangnya.

Prinsip Brata Nemblas yang disodorkan oleh tokoh yang juga dikenal sebagai Cokorda Mantuk ring Rana ini dipandang memberi representasi semanat kepemimpinan di zamannya. Nilai-nilai ini pun diharapkan dapat menjadi rujukan bagi seorang pemimpin di masa kini, terlebih dalam suasana Pemilihan Kepala Daerah Serentak 9 Desember 2020.