Bali Kembangkan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat di Tiga Kabupaten

Kamis, 03 Oktober 2019 15:43 WIB

Penulis:Rohmat

Bangli - Pemprov Bali mulai mengembangkan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) di 3 Kabupaten di Bali yakni Bangli, Karangasem dan Tabanan.

Bali banyak memiliki kearifan lokal khususnya sastra maupun lontar yang khusus mengulas pengobatan tradisional, namun dari segi teknik belum dikembangkan sesuai kebutuhan masa kini di bidang kesehatan, serta terdapat berbagai tanaman obat yang belum diberdayakan untuk  menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

Gubernur Wayan Koster menegaskan, melalui visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang salah satunya mendukung pengembangan sistem pengobatan tradisional, maka Pemprov Bali mulai mengembangkan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) di 3 Kabupaten di Bali yakni Bangli, Karangasem dan Tabanan.

Hal tersebut diungkapkannya saat membuka secara resmi Layanan Unggulan Kesehatan Tradisional Integrasi (Yankestrad) di RS Umum Bangli, Rabu (2/10/2019).

Selain pengobatan konvensional, pihaknya mendukung sistem pengobatan tradisional Bali secara menyeluruh. Karena Bali memiliki banyak kearifan lokal yang diciptakan para leluhur berupa usadha Bali yang saat ini sedang digali untuk dikembangkan.

"Begitu pula untuk bahan bakunya yang bisa diolah untuk bahan obat tradisional yang banyak tersedia di sekitar kita. Saat ini sudah dibangun pengembangan kawasan tanaman obat tradisional dan P4TO yakni di Kabupaten Bangli di Pengootan,Tabanan di Baturiti, dan Karangasem di Nongan, dan sudah jalan. Di sana akan dikembangkan industri obat herbal, " terang Gubernur Koster.

Dukungan terhadap sistem pengobatan tradisional tak lepas dari pengalaman pribadinya yang dituturkan secara terbuka dihadapan para peserta, dan berhasil sembuh berkat bantuan pengobatan tradisional berupa loloh yang resepnya diperoleh dari seorang sulinggih praktisi pengobatan tradisional.

Dia mengaku, bukan menampik khasiat pengobatan konvensional, tapi dari pengalamannya sendiri, pengobatan tradisional sangat mujarab. Seminggu menggunakan pengobatan konvensional belum ada tanda-tanda sembuh, tapi setelah minum loloh yang resepnya diberi seorang Jero Mangku, malemnya langsung ada reaksi,benar-benar terbukti.

"Diciptakan para leluhur, tentu sudah terbukti. Jika ini dikembangkan tentu akan berguna bagi dunia pengobatan, lama-lama orang akan beralih ke teknik pengobatan tradisional. Karena pengobatan tradisional itu umumnya lebih murah, alami, berkhasiat dan tanpa efek samping," tutur Koster

Pengembangan pengobatan tradisional saat ini di Bali lanjut Gubernur Koster juga melibatkan  Universitas Udayana dan UNHI untuk melakukan riset dan pengembangn bahan obat-obatan tradisional.

"Kami akan terus kembangkan ini, kami menggandeng UNUD dan UNHI untuk melakukan riset, bahkan saat ini sudah didaftarkan agar mendapatkan HAKI," imbuh Gubernur Koster seraya memaparkan usaha-usaha lainnya yang dilaksanakan Pemprov Bali guna mendukung layanan kesehatan di Bali utamanya melalui integrasi JKN KBS.

Direktur Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI Ina Rosalina menyampaikan kecenderungan masyarakat memanfaatkan pengobatan tradisional dari tahun 2018 terus meningkat hampir  50%. Untuk itu pengembangan  layanan kesehatan masyarakat cara tradisional harus didukung, namun harus tetap dintegrasikan dengan layanan kesehatan konvensional.

"Cara pengobatan tradisional yang sudah berlangsung turun temurun di lingkungan masyarakat adalah inovasi yang bisa dibangun di Indonesia, karena masing-masing daerah tentu memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai sistem pengobatan tradisional yang dimiliki. Namun harus tetap mengikuti aturan yang ada, harus berbasis bukti yang menyembuhkan, " ujarnya.

Bupati Bangli Made Gianyar menyampaikan dibukanya Yankestrad di RSU Bangli tak lepas dari potensi yang dimiliki Kabupaten Bangli yang memiliki kondisi geografis pegunungan dan tentu saja terdapat berbagai tanaman obat herbal.

Dengan dibangunnya layanan ini diharapkan dapat membantu peningkatan derajat kesehatan masyarakat Bangli. Sebelum memastikan layanan ini diresmikan, ia mengaku sudah melaksanakan studi banding secara langsung ke Solo untuk melihat pengolahan bahan, pembuatan jamu herbal dan sebagainya untuk dijadikan acuan pengembangan layanan tersebut. Bahkan para tenaga medis dan apoteker pun sudah mendapatkan pelatihan khusus untuk memberikan pelayanan kesehatan tradisional. (mat)