Arak Bali Melaju ke Arah Industri

Jumat, 23 Oktober 2020 03:04 WIB

Penulis:Bambang Susilo

DENPASAR - Arak Bali kini tengah melaju menuju arah industri. Popularitasnya juga semakin meningkat, yang diyakini dapat bersaing dengan minuman beralkohol dari negara-negara lain.

Hal tersebut dinyatakan Gubernur Bali, Wayan Koster, ketika menerima audiensi Politeknik Negeri Bali di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar, Rabu (21/10/2020). Kala itu, gubernur asal Desa Sembiran ini mengaku sangat optimistis suatu saat arak Bali akan sejajar dengan minuman beralkohol seperti sake dari Jepang atau soju yang populer di Korea Selatan.

“Saya terus promosikan, sampai di Jakarta. Di kalangan wisatawan, banyak yang memuji kualitas arak Bali. Karena itu, saya yakin (arak Bali, red) nantinya akan semakin berkembang menjadi sebuah industri, bersaing dengan sake, soju, atau vodka,” katanya.

Ia mengklaim, kepopuleran arak Bali saat ini sangat dipengaruhi oleh penerbitan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali. Menurutnya, sejak peraturan tersebut dikeluarkan, arak kian terangkat namanya dan memberi berkah langsung kepada petani dan pembuat arak tradisional yang pada akhirnya juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkiprah pada produk-produk lokal tersebut.

"Baru pertama kali saya kira, ada produk lokal yang berkembang lewat kebijakan gubernur. Bahkan, belum satu tahun (diterbitkan, red) sudah ada bukti riil di lapangan,”terangnya.

Penelitian terhadap arak Bali juga menemukan sisi usadha atau khasiat penyembuh minuman yang terbuat dari proses penyulisangan tuak tersebut. Saat ini, arak Bali dinyatakan telah mampu membantu mempercepat proses penyembuhan pasien Covid-19. Temuan ini menjadi catatan penting agar perguruan tinggi di Bali turut ambil bagian berupaya mengembangkan produk tersebut.

“Makin terangkat namanya tentu akan semakin banyak permintaannya. Sekarang kan prosesnya masih tradisional. Jika nanti bisa didukung dengan alat-alat hasil penelitian kalangan universitas tentu harapannya produksinya meningkat, dan waktu produksinya juga bisa lebih singkat. Dan, semuanya saya arahkan untuk menggunakan sumber daya di Bali, hidupkan ekonomi kerakyatan,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Politeknik Negeri Bali, I Nyoman Abdi, menyatakan pihaknya sangat menyambut baik ajakan tersebut. Sejalan dengan permintaan Koster, pihaknya saat ini memang sedang mempersiapkan alat destilasi dengan teknologi tepat guna yang sangat mudah diterapkan di desa-desa sentra penghasil arak.

“Konsepnya alat berupa alat destilasi tersebut bisa diterapkan di masyarakat desa, Tujuan akhir mempersingkat waktu produksi arak. Low cost dan low energy. Sehingga produktivitas meningkat dan meningkatkan pula taraf hidup masyarakat dan petani mendapat nilai ekonomi,” katanya.