Jumat, 25 September 2020 06:29 WIB
Penulis:Bambang Susilo
DENPASAR – Serangkaian Hari Tani Nasional ke-57 tahun 2020, elemen petani di Bali mendapat kado dari Pemerintah Provinsi Bali . Sejumlah bantuan diberikan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap dunia pertanian di Bali.
Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, IB Wisnuardhana, saat penyerahan bantuan tersebut di Denpasar, Kamis (24/09/2020) menyatakan ada sejumlah item bantuan yang diberikan ke petani. Bentuknya beragam, mulai dari mobil hingga bibit tanaman.
“Hari ini kami menyerahkan 3 unit mobil operasional kesehatan hewan untuk kabupaten Buleleng, Gianyar, dan Jembrana; bibit kelapa genjah Bali sebanyak 51 ribu pohon untuk 8 kabupaten; 200 ekor sapi yang dialokasikan untuk peternak di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Klungkung, Bangli, dan Karangasem, bibit bawang merah, serta sarana pengolahan jagung dan cabai,” jelasnya.
Ia mengatakan, bantuan-bantuan tersebut sejatinya merupakan lanjutan dari bantuan lainnya yang lebih dulu telah diserahkan. “Ini adalah bentuk apresiasi dan penghargaan kami atas jasa-jasa para petani," imbuhnya.
Lebih jauh pihaknya merinci dana pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian di Provinsi Bali pada Tahun 2020 berjumlah lebih dari Rp102 miliar. Sebanyak Rp 25,4 miliar dana tersebut bersumber dari APBD Provinsi Bali, sedangkan Rp77,4 miliar lainnya berasal dari dana APBN. “Saya berharap, pertanian Bali tetap menjadi pertanian tangguh dan mandiri, menjadi sektor yang selalu siap menyediakan pangan untuk masyarakat dan garda terdepan dalam pelestarian lingkungan, adat, serta budaya Bali,” terangnya.
Ia menjelaskan, pada dasarnya pertanian tidak bisa dihilangkan dari kebudayaan Bali. Sejak awal, pariwisata Bali dikonsep sebagai pariwisata budaya, dan budaya Bali merupakan budaya pertanian. “Luas lahan pertanian Bali tercatat 318.131 Ha, terdiri dari 79.526 Ha lahan sawah. Lebih dari 50 persen rumah tangga di Bali masih mengantungkan mata pencaharianya pada sektor pertanian dalam arti luas, untuk itulah pertanian di Bali harus terus dibangun dan dioptimalkan,” tegasnya.
Pentingnya pertanian bagi Bali kembali ditegaskan Sekretaris Daerah (Sekda) Bali, Dewa Made Indra. Pertanian menjadi penopang ekonomi utama di Bali maupun Indonesia. Oleh karena itulah tidak pernah sekalipun instansi-instansi pertanian mulai level kementerian hingga ke daerah tidak pernah dihilangkan, berbeda dengan instansi lain yang biasanya disesuaikan dengan dinamika politik di pemerintahan.
Meski memiliki kedudukan yang strategis, faktanya pertanian seakan menjadi “anak tiri”. Ia hanya diwacanakan dan bergairah ketika pariwisata terkoyak. Ketika pariwisata kembali bergairah, pertanian biasanya akan dikesampingkan kembali. Perlakuan ini dapat dijejak dalam serangkaian peristiwa dalam beberapa dekade ke belakang, seperti Bom Bali I, Bom Bali II, erupsi Gunung Agung, hingg pandemi Covid-19.
“Pertanian harus terintegrasi dengan sektor lain, ketika ia tidak difasilitasi dia hanya akan jadi mesin produksi,” tegasnya.
Pertanian, masih menurut Dewa Indra, menjadi sektor penopang perekonomian Bali yang tergantung dari pariwisata. Ia mencontohkan saat peristiwa bom Bali 1, 2, erupsi gunung Agung dan terakhir Pandemi Covid-19, ribuan orang yang kehilangan mata pencaharian di sektor pariwisata berbondong-bondong menjadi petani 'dadakan'. Namun saat pariwisata sudah pulih, pertanian ditinggalkan. Pertanian juga menjadi isu yang sangat seksi bagi politisi.
Terkait ketersediaan bahan pangan di Bali, Dewa Indra mengaku cukup puas. Hanya saja, pejabat asal Buleleng ini meminta Bali harus mampu swasembada bawang putih. "Saya dengar berkali-kali laporan pak kadis, bahwa semua bahan pangan aman, surplus, kecuali bawang putih. Saya perhatikan selalu ada kecuali, kecuali. Untuk itu saya minta tidak ada kata kecuali lagi. Bali harus swasembada bawang putih, nanti atur caranya bagaimana," kata Dewa Indra memungkasi.